Terjemahan

Minggu, 12 April 2015

Bangkai Kapal Belitung (Belitung shipwreck)


Bangkai Kapal Belitung (juga dikenal dengan Bangkai Kapal Tang atau Bangkai Kapal Batu Hitam) adalah Bangkai Kapal Layar Arab berjenis dhow yang berlayar dari Afrika menuju Tiongkok sekitar tahun 830 M. Kapal ini berhasil menempuh pelayarannya ke Tiongkok, namun tenggelam dalam perjalanan pulang, sekitar 1 mil (1.6 km) dari lepas pantai Pulau Belitung, Indonesia.
Tidak diketahui mengapa kapal ini berada begitu jauh dari rute yang seharusnya ditempuhnya sekembalinya dari Tiongkok.[4] Belitung berlokasi 380 mil (610 km) di sebelah tenggara Selat Singapura, dan rute ini diperkirakan adalah rute sekunder yang ditempuh oleh kapal ini dengan melewati Laut Jawa, yang terletak di sebelah selatan Pulau Belitung.[5]

Bangkai kapal ini berkontribusi terhadap dua penemuan besar bagi para arkeolog, yakni koleksi artefak tunggal terbesar dari zaman Dinasti Tang yang ditemukan di puing-puing kapal, yang dikenal dengan sebutan "harta karun Tang"; dan kapal dhow Arab, yang melahirkan gagasan baru bahwa hubungan perdagangan antara Arab dan Tiongkok telah terjalin pada periode tersebut. Harta karun yang ditemukan telah disimpan sebagai koleksi museum, dan selama penggalian, upaya untuk merekonstruksi bangkai kapal dan muatannya telah melahirkan bukti-bukti rinci dalam bidang arkeologis. Bukti ini telah menyebabkan munculnya wawasan-wawasan baru mengenai metode konstruksi yang digunakan dalam pembuatan kapal, dan barang-barang serta artefak yang ditemukan telah mengungkap fakta-fakta yang tidak diketahui sebelumnya terkait dengan hubungan dagang antara kedua bangsa tersebut.


Peta Timur Tengah dan Asia. Rute yang seharusnya ditempuh oleh kapal ini ditunjukkan dengan warna merah, kotak hijau menunjukkan lokasi Pulau Belitung, biru menunjukkan Oman. 

Penemuan dan RuteBangkai kapal ditemukan oleh seorang nelayan pada tahun 1998 di Selat Gelasa, dengan kedalaman 51 kaki (16 m) di bawah permukaan air. Lokasi penemuan ini dibeli dari nelayan setempat dan izin untuk melakukan penggalian diberikan pada sebuah perusahaan Indonesia.[6][nb 1] Penggalian ini kemudian dilakukan dan dibiayai oleh Tilman Walterfang dan timnya melalui sebuah Operasi Dasar Laut, bekerjasama dengan perusahaan terdahulu. Setelah adanya kesediaan pemerintah Indonesia untuk menyediakan pasukan keamanan, Angkatan Laut Indonesia ditempatkan di lokasi penggalian. Penggalian dilakukan dalam dua ekspedisi, yang pertama dilakukan pada bulan Agustus 1998, dan yang kedua pada tahun 1999. Pemerintah Indonesia menyediakan kapal dan membiayai operasi angkatan laut untuk menjaga lokasi bangkai kapal selama musim hujan.


Rute

Tidak diketahui mengapa kapal ini ditemukan begitu jauh dari rute yang seharusnya ditempuhnya (ditunjukkan dengan garis merah pada peta di sebelah kanan). Sebagian besar kapal yang berlayar dari atau menuju Tiongkok akan menempuh rute melalui Laut Cina Selatan. Kapal akan berbelok ke baratlaut setelah melewati Vietnam bagian selatan, dan terus berlayar melintasi Selat Singapura, dan kemudian berbelok ke Selat Malaka di antara Semenanjung Malaysia dan Sumatera. Belitung berjarak cukup jauh dari rute ini, dan tidak diketahui dengan pasti bagaimana kapal tersebut bisa berada di daerah ini. Belitung berlokasi di sebelah tenggara Selat Singapura, dengan jarak 380 mil (610 km) dari sana, dan rute yang tidak biasa ini umumnya ditempuh oleh kapal-kapal yang melintasi Laut Jawa, yang terletak di sebelah selatan Belitung, dan kemudian berbelok ke utara ke Selat Malaka.
Bangkai kapal berjenis dhow,
 bentuk dan ukurannya serupa dengan
kapal dalam gambar di atas.
Kapal dan RekonstruksiBangkai kapal yang tenggelam berjenis dhow, dengan lebar sekitar 21 kaki (6.4 m) dan panjang 58 kaki (18 m), dengan konstruksi yang sangat megah; kapal ini adalah kapal kuno Arab pertama yang ditemukan dan berhasil digali. Selain itu, kapal ini dibangun dengan papan yang disatukan menggunakan tali tipis yang terbuat dari serabut kelapa, bukannya menggunakan metode tradisional yang umumnya memakai paku atau pasak.Papan kapal ditemukan tertutup oleh sedimen yang mengeras. Tanpa sedimen ini, bangkai kapal akan hancur dimamah cacing laut. Penemuan bangkai kapal yang sudah berusia ratusan tahun dengan kondisi yang lumayan baik sangatlah jarang, sebagian lambung kapal bahkan masih dalam kondisi utuh. Hal ini telah melahirkan gagasan baru mengenai teknik konstruksi kapal-kapal Arab yang dibuat pada periode tersebut; tidak ada kapal Arab sejenis yang pernah ditemukan sebelumnya, bahkan kapal ini ditemukan dengan kargo yang masih utuh.Potongan-potongan papan kapal yang masih awet memungkinkan para arkeolog untuk menganalisa dan mengetahui jenis kayu apa yang digunakan oleh kapal ini. Ada kemungkinan bahwa kapal ini dibuat di Asia Barat dan dibeli oleh pedagang Oman, yang menggunakannya untuk berlayar menuju Tiongkok; muatan kapal ini berisi banyak artefak yang bercirikan Arab.

MuatanMuatan kapal dapat digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan bentuk keramik, yakni keramik Changsa, yang jumlahnya paling banyak (60.000 buah), dan awalnya dikemas dalam tabung jerami; keramik putih yang diproduksi di Ding, termasuk piring porselen biru dan putih yang kuno; serta keramik Yue dari Provinsi Zhejiang. Pada salah satu mangkuk Chansa, terdapat tulisan "hari keenambelas bulan ketujuh tahun kedua sejak Baoli memerintah", atau bisa ditafsirkan sebagai tahun 826 M. Hal ini kemudian dipastikan oleh penanggalan radiokarbon yang dilakukan terhadap bintang adas yang ditemukan di antara bangkai kapal. Secara mengejutkan, muatan kapal ini juga berisikan berbagai artefak dengan simbol-simbol berpengaruh dan terkenal, misalnya keramik dengan lambang lotus Buddha, motif Asia Tengah dan Persia, kaligrafi Alquran, dan mangkuk hijau yang populer di Iran


Kapal ini juga memuat berbagai benda dengan kegunaan bervariasi, mulai dari guci rempah-rempah dan kendi, hingga botol tinta, guci abu pemakaman, dan kotak perak Dinasti Tang. Muatan kapal ini digambarkan oleh John Guy dari Metropolitan Museum of Art New York sebagai "harta karun terbesar dan terkaya yang berasal dari abad ke-9". Selain artefak kuno dan berharga, kapal juga memuat rempah-rempah dan resin, serta aneka tongkat perak yang digunakan sebagai pemberat kapal. Ada juga artefak-artefak khusus seperti cangkir emas Dinasti Tang yang merupakan cangkir terbesar yang pernah ditemukan, serta kendi perak besar yang dihiasi oleh ukiran sepasang itik.Cangkir emas dihiasi oleh gambar orang dalam berbagai tindakan, misalnya gambar pemusik dan penari Persia. Terdapat juga guci berhiaskan gambar dua pria berambut keriting, yang sepertinya tidak berasal dari Tiongkok. Sebagian besar artefak sudah dipamerkan di sejumlah museum dan saat ini menjadi koleksi ArtScience Museum Singapura.

Mangkuk yang berasal dari Changsha, Hunan
Dua mangkuk oval yang masing-masingnya
berhiaskan gambar dua bebek yang
berenang di antara rimbunan bunga
.
Sepasang piring emas bergambar serangga,
 bunga, dan untaian pita.
Cangkir emas berbentuk persegi delapan
dari zaman Dinasti Tang

Changsha ceramic cat.
Changsha cup with straw
Die

Tidak ada komentar:

Posting Komentar