Terjemahan

Senin, 30 Maret 2015

Sejarah Belitung

 Sejarah Belitung

Belitung merupakan kepulauan yang mengalami beberapa pemerintahan raja-raja. Pada akhir abad ke-7, Belitung tercatat sebagai wilayah Kerajaan Sriwijaya, kemudian ketika Kerajaan Majapahit mulai berjaya pada tahun 1365, pulau ini menjadi salah satu benteng pertahanan laut kerajaan tersebut. Baru pada abad ke-15, Belitung mendapat hak-hak pemerintahannya. Tetapi itupun tidak lama, karena ketika Palembang diperintah oleh Cakradiningrat II, pulau ini segera menjadi taklukan Palembang.

Asal Mula Keramat Gunung Tajam

Asal Mula Keramat Gunung Tajam

Pada masa pemerintahan Kiai Agus Bustam, bergelar Depati Cakraningrat IV (1700-1740 M) di Kerajaan Balok, Belitung, seorang mubalig Islam bernama Sayid Hasan bin Abdullah atau Syekh Abubakar Abdullah datang ke Belitung melalui Sungai Buding, sekitar 45 kilometer (km) dari Tanjung Pandan. Muhaligh asal Aceh ini bermaksud datang ke Belitung untuk menyebarkan agama Islam dan bermukim di Desa Buding.
Dari Desa Buding ini, beliau menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Pulau Belitung. Dalam penyebaran dan melakukan syiar Islam, Ia dibantu Tu’ Kundo, seorang muridnya yang terkenal. Tu’ Kundo inilah yang sering menobatkan orang yang sering dianggap kafir untuk masuk islam. Tugas cukup berat bagi seorang mubaligh.

Hikayat Tuk Kundo

Hikayat Tuk Kundo

Sekitar kilometer 30 dari Tanjungpandan menuju Kelapa Kampit, terdapat terdapat sebuah kampung bernama Parit Gunong. Berjarak 300 meter dibelakang kampung yang terletak di kaki Gunung Tajam ini, terdapat sebuah kuburan Islam, dimana salah satunya adalah Makam Datu’ Kundo. Beliau adalah salah satu dari murid Syekh Said Husein Abdullah, penyebar Agama Islam di Belitung.
Diceritakan ketika Tu’ Kundo datang ke daerah ini, kehidupan penduduknya masih diliputi suasana animisme. Tidak ada suasana Islam sama sekali. Sehari-hari, selain dari hasil buruan pelanduk, rusa dan burung, penduduk masih memakan lutong, kera serta Gadog (babi hutan, red.).
Dalam suasana dan situasi seperi itulah Tu’ kundo dengan penuh semangat mcnyebarkan Agama Islam. Dalam riwayatnya tak diketahui asal-usulnya, apakah pendatang dari luar pulau atau penduduk setempat yang berguru pada Syekh Said Husein Abdullah. Namun, umum mengakui Tu‘ kundo sebagai penyebar Islam paling berhasil di antara tujuh murid Syekh Said Husein Abdullah.

Hikayat Padang Penyengat

Hikayat Padang Penyengat

Kisah ini bermula dari kedatangan Adipati Cakaningrat I ke Belitung,yang semulanya bermukim di daerah Balok (Balok Lama) pada akhir abad 16 awal abad 17,di riwayatkan sebagai keturunan langsung bupati Mataram yang pertama.Menurut riwayat seetempat,saat Cakaningrat pertama datang di belitung,telah ada sebuah wilayah “kerajaan” local,yaitu kerjaan Badau yang takluk pada majapahit.Kerjaan ini didirikan seseorang bangsawan berasal dari Gresik,yang kemudian di kenali sebagai “Datuk Mayang Gresik” dan menamakan diri “Kiai Ronggo Udo”.
Berbeda dengan Cakaningrat Datuk Mayang Gresik mendarat di sungai Berang,dan kemudian menempati daerah gunung badau,antara daerah Pelulusan dan Nyuruk sekarang ini,dimana terdapat makam raja badau.Raja terakhir dari generasi ini adalah Kiai Ronggo Udo.Sayangnya beliau tidak mempunyai keturunan laki-laki.Beliau hanya mempunyai anak gadis bernama Nyai Sitti (Dewi) Kesuma yang kemudian menjadi isitri raja balok pertama yaitu Kiai Rangga atau Adipati Cakaningrat I atau Kiai gede Jakub.

Hikayat Putri Sri Pingai

Hikayat Putri Sri Pingai

Cerita ini ada hubungan nya dengan kisah Tuk Pancor yang setelah sekian lama bermukim di kelekaknya tak juga memperoleh seorang anak.Hingga sunyilah rumah nya sepanjang hari.
Suatu hari pada musim selatan,air laut sedang surut pada pagi hari,Tuk Pancor dan Nek Pancor menghilir ke laut untuk menangkap ikan.hari itu,dari pagi air sudah bergerak pasang,belum seekor ikan pun yang berhasil di tangkpa oleh pasangan suami istri.
Satu ketika alat pengakap ikan mereka berhasil menangkap beberapa ekor ikan dan sepotong bamboo.setelah ikan di ambil bambu itu pun di buang kembali ke laut.anehnya,ketika mereka kembali mengangkat pengakap ikan nya,selalu saja bambu itu terikut.hal ini membuat Tuk Pancor gusar.setelah berulang kali terjadi bamboo tadi ia ambil dan di letak kan di dalam kapal.ketika air semakin pasang, pasangan suami istri ini pun memutuskan pulang.

Asal Usul Atau Sejarah Beripat Dan Beregong

Asal Usul Atau Sejarah Beripat Dan Beregong

Di kisahkan,pada zaman dahulu,di kelekak Gelaggang (sekarang desa Mentigi) tinggal seorang gadis.Dizamannya ia bisa dikatakan yang tercantik.Kecantikkan si gadis itu telah membuat para pemuda baik dari kelekak gelaggang, maupun kelekak sekitar,ingin mempersuntingnya.
Namun,lantaran banyaknya lamaran datang,orang tua si gadis sulit untuk memutuskan siapa pemuda yang patut ia terima sebagai menantunya.Apalagi orang tua juga tahu bahwa,sebagian besar pelamar itu berilmu tinggi.Misalnyalnya,hanya dengan menunjuk saja ,burung yang berterbangan akan jatuh .atau pohon yang ditampar bisa langsung meranggas dan sebagainya.karena itulah,selain sulit menerima,orang tua sigadis juga kesulitan untuk menolak.

Antu Berasuk

Antu Berasuk

Cerita yang telah tertutur dari mulut ke mulut dan berkembang luas di masyarakat Belitung ini bermula di sebuah kelekak ( kampong kecil zaman dulu,red.) yang sekarang bernama Simpang Tiga,Kecamatan Gantung,Belitung Timur.Hingga sekarang cerita ini menjadi semacam buku pegangan oleh para pemburu.
Berasuk merupakan salah satu cara berburu binatang huta,terutama pelanduk dengan bantuan anjing pemburu.Oleh karena asuk ( anjing,bahasa Belitung,red.) memainkan peran cukup besar,maka pemburuan ini di sebut nama berasuk.secara harfiah berarti hantu sedang berburu.

Sejarah Dan Misteri Batu Buyung Batu Buyong

Sejarah Dan Misteri Batu Buyung/Batu Buyong


Di antara bebarapa objek wisata yang ada di pulau Belitung,salah satu yang sering di kunjungi wisatawan local adalah batu buyung.Obyek wisata ini berada di daerah paling ujung di selatan Pulau Belitung,terletak sekitar 110 km dari kota Tanjungpandan,batu Buyung bisa di capai menggunakan kendaraan roda dua maupun empat.

Riwayat Keramat Bujang

Riwayat Keramat Bujang

Di satu bagian hutan, dikenal dengan nama Ai’ Membiding, Desa Bantan, terdapat dua buah makam, yaitu Makam Tu’ Rangga Tuban dan isterinya dan di Gunung/Bukit Bujang terdapat pula makam, dikenal sebagai Keramat Bujang. Dari dan untuk ketiga tokoh ini diceritakan tentang kehebatan Tu’ Rangga Tuban dan Bujang.
Menurut cerita yang berkembang di daerah Bantan,tu”rangga tuban berasal dari tanah jawa.beliau mempunyai dua istri dan seorang anak angkat bernama Bujang .kehebatan tu” rangga tuban ini sangat dikenal dan termasyhur keseluruh wilayah sekitar bantam kecik.

Kik Cuan Melawan Limpai

Kik Cuan Melawan Limpai

Pada zaman dahulu kala ,tak beberapa jauh dari Kampung Simpang Tiga,termasuk wilayah Kecamatan Gantung ,hidup seorang petani bersama istri dan anak gadisnya.Oleh penduduk setempat ia dipanggil Kik Cuan .Sebagai seorang petani Kik Cuan senantiasa berada disekitar lingkungan ladangnya ,yang umumnya berada ditengah hutan .Hingga ia menjadi sangat akrab kehidupan hutan dan segalah macam isinya .
Satu-satunya anak perempuan Kik Cuan bernama jerimai .Sebagai seorang perempuan,tentunya ,ia harus berkeluarga . Dan,ketika tiba saatnya,Jerimai pun dinikahkan Kik Cuan dengan seorang pemuda dari kamoung setempat .Pernikahan ini diramaikan dengan berbagai acara ,termasuk kedurian bagi orang kampung.
Beberapa waktu setelah perhelatan pernikahan Jerimai,kampung dimana Kik Cuan tinggal sering ada kejadian seorang anak yang bermain dipinggir hutan ,pemandian(bahasa setempat disebut aik arongan,red),bahkan diladang .Selain ditempat-tempat tersebut ,tidak kerap pula ada kejadian terbongkar nya kuburan orang yang baru saja meninggal.Baru saja jenazah orang meninggal dimakamkan ,keesokan harinya kuburan tersebut terbongkar secara teratur ,seperti diseruduk semacam moncong binatang yang tersisa dari jenazah yang terbongkar itu ,biasanya ,hanyalah jari kuku dan kain kafan .
Kejadian-kejadian ini menimbulkan suasana tenang dikampung Kik Cuan.Siang malam penduduk kampung selalu berjaga-jaga .Penduduk laki –laki selain menjaga diladang pada siang hari berjaga-jaga dikampung pada malam hari .Sementara kaum perempuan,selain menyiapkan makan bagi keluarga ,tak boleh lengah mengawasi anak-anak mereka ketika bermain dipinggir hutan atau ditengah ladang.
Dalam kondisi demikian ,suatu hari ,keluarga Kik Cuan mendapat undagan kedurian pernikahan anak temannya yang tinggal diwilayah Simpang Tige,sekarang rencananya ,Kik Cuan akan pergi keundangan tersebut karena temannya itu dulu banyak membantunya saat pernikahan jerimai .Lagi pula, ia tak mau menyinggung perasaan keluarga yang sudah susah-susah mengundangnya .
Cuma rawanya kondisi kampung saat itu,selalu menjadi pemikirannya untuk memenuhi undagan temannya .Sebab ia sangat tahu perjalanan menuju Kampung Simpang Tige yang akan ditempuhnya penuh resiko .Apalagi ia harus membawa seluruh anggota keluarganya ,trmasuk jerimai yang masih pengantin baru.
Mengantisipasi hal-hal tidak di inginkan keluarga Ki’ Cuan akan berangkat berombangan ,bersama-sama orang kampung.Sementara karena masih ada urusan yang harus di selesaikan sebelum berangkat, Ki’ Cuan menyusul kemudian.
Rupanya,Jerimai yang harus nya berangkat bersama rombongan orang kampung ,terlambat.Hingga ia harus berjalan sendirian, terpisah agak jauh dari rombongan didepannya .Tetapi ditengah perjalanan ,tak ada yang tahu apa yang menimpah jerimai ,sang penganten baru .
Sementara itu, dirumah ,setelah menyelesaikan tugasnya Kik Cuan bergegas menujuh rombongan keluarganya yang telah lebih duluh berangkat. Ditengah perjalanan ,Kik Cuan terkejut .Ia menemukan selembar selendang berlumuran darah dan sisa potongan tangan didekatnya .Apa yang terjadi ?Setelah mengamat-amati selendang berlumuran darah dan sisa potongan tangan tadi,yakinlah Kik Cuan telah terjadi sesuatu pada Jerimai .
Sebab selendang yang ias temukan dikenali sebagai selendang milik Jerimai yang digunakan ketika berangkat ke undangan tersebut.. Lalu dikuku jari sisa potongan tangan pun ia yakini tangan Jerimai ,sebab dikukunya terlihat pacar (kutek tradisional yang biasa di gunakan untuk pengantin,red) .
Menghadapi kenyataan itu dengan perasaan marah Kik Cuan mempercepat langkanya menujuh tempat kedurian,yakinlah ia bahwa jerimai telah mejadi korban mahluk yang meenggegarkan kampungnya akhir-akhir ini .Sebab jerimai tak ada ditempat kedurian tersebut.Setelah menceritakan temuannya itu kepada istri dan menantunya ,Ketiga orang itu pun kembali kekampungnya .
Di antara rumah,istri dan menantu Ki’ Cuan menangis sejadi-jadi nya.Malam hari nya Ki’ Cuan bermimpi yang membinasakan anak nya adalah makhluk buas.,Se ekor limpai. ( Oleh penduduk Belitung makhluk ini di gambarkan seperti babi,namun berukuran sangat besar,dan di yakini ini adalah makhluk jadi-jadian,red.).Keesoakan harinya, Ki’ Cuan mendatangi lokasi kejadian yang menimpa anaknya dan meminta pertanggungjawaban siapa yang telah membinasakan Jerimai.Sekejap kemudian,keluarlah limpai.Kepada limpai, Ki’ Cuan mengatakan akan menuntut balas atas kematian anaknya.Di tantang demikian limpai setuju dan bersedia duel dengan kehendak Ki’ Cuan.

Kisah Dongeng Tuk Burod

Kisah Dongeng Tuk Burod

Cerita ini merupakan salah satu dari dua versi lain tentang Padang Buang Anak, sebuah hamparan padang tandus tanpa ditumbuhi pohon besar yang seluas mata memandang hanya ditumbuhi rumput setinggi lutut orang dewasa, terletak di sekitar kaki Gunung Tajam ke arah Air Batu Buding, Kelapa Kampit. Namun, dari dua versi yang ada, dongeng Tu’ Burod lahir lebih dulu, sebab ia menceritakan tentang asal kejadian suatu tempat, bukan asal penyebutan satu tempat. Ceritanya bermula di saat penduduk Belitung masih banyak memukimi daerah hutan di hulu-hulu sungai, guna menghindarkan para lanun. Dalam kondisi demikian, di sebuah keleka’ (kampung kecil, red.) di sekitar kaki Gunung Tajam sekarang, terdapatlah satu keluarga besar. Keluarga itu memiliki beberapa orang anak perempuan yang telah kawin dengan laki-laki dari keleka’ tetangganya. Salah satunya bernama Burod. Dibanding para menantu yang ada, Burod memiliki tabiat berbeda. Ia dikenali sebagai pemuda yang malas. Kehidupan keluarga besar tersebut terbilang cukup sederhana.

Seniang Garu

Seniang Garu

Alkisah di sebuah kelekak (kampung kecil) di daerah Gunung Beluru,Kecamatan Membalong,Belitung,tinggalah tujuh bersaudara. Mereka tinggal di kelekak yang sama,namun rumah tempat tinggal mereka terpisah satu sama lain.Enam dari mereka sudah berkeluarga dan tinggal bersama suami masing-masing.Sedangkan si bungsu,yang belum menikah,tinggal sendiri di rumah peninggalan orang tuanya.
Sulung dari tujuh bersaudara tersebut,oleh adik-adiknya,di panggil Kak Nam.Lalu berturut-turut,Kak Mak,Kak Pat,Kak Ge,kak Ua dan Kak Tu.Sedangkan si bungsu tetap di panggiil Bungsu.

Riwayat Keramat Pesak

Riwayat Keramat Pesak

Alkisah,pada masa menjelang Agama Islam masuk dan berkembang di Belitung,sebuah perahu dalam keadaan compang-camping nampak terapung-apung menuju ke bagian hilir Muara Sungai Pesak.Perahu yang di tumpangi seorang laki-laki berasal dari Brunai bernama Deraman Jaya Sakti dan istrinya itu akhirnya terdampar di sisi sungai,yang sekarang di kenal dengan kampong Simpang Pesak.
Kondisi mereka berdua sangat mengenaskan.Pakaian yang di kenakan sudah compang-camping.Persedian makanan tidak ada.Sementara perahu yang mereka tumpangi sudah tak bisa di gunakan.Mengingat kondisi tersebut,Deraman memutuskan menetap di daerah tempatnya terdampar,untuk mencoba kehidupan baru.Sebuah gubuk sederhana pun didirikan.Bahan-bahannya di ambil dari kayu-kayu di sekitar tempat kapal nya terdampar.Sebagai atap di gunakan bahan-bahan dari bekas kain layer yang sudah tak terpakai lagi.
Belum berbilang bulan,kedatangan Deraman telah mengejutkan Raja Balok.Saat itu pusat pemerintahan Kerajaan Balok terdapat di daerah yang sekarang di kenal dengan Dusun Balok Lama,berjarak cukup jauh dari Simpang Pesak.Kendati demikian Pesak,saat itu masuk dalam wilayah Kerajaan Balok.
Raja Balok,saat itu,di kenal selalu mencurigai setiap kedatangan orang asing ke wilayahnya.Ia juga selalu meminta sejumlah nilai tertentu kepada orang asing yang datang untuk mendapatkan izin tinggal.
Mengetahui kedatangan Deraman tersebut,Raja Balok mengutus seorang penghubung.Setelah bertemu,penghubung itu pun menyampaikan pesan bahwa,Deraman agar segera menghadap ke Isatan Raja Balok,untuk mengabarkan hal ihwal maksud dan tujuan kedatangan nya.Mendapat pesan demikian,hari itu juga Deraman datang menghadap Raja Balok.
Setelah mengetahui maksud kedatangan Deraman,Raja Balok pun lalu memperbolehkan Deraman menetap dan mendiami pondoknya.Cuma syaratnya,ia harus membayar sejukung emas.
Mendengar keputusan Raja Balok,awalnya Deraman merasa keberatan.Tapi setelah di pikir-pikir bahwa ia bukan seorang miskin di negri asalnya,Deraman pun setuju dengan parsyaratan yang di ajukan tersebut.Tetapi ia minta waktu sebulan untuk mempersiapkan diri guna memenuhi syarat tersebut dan menyediakan perahu atau jukung untuk mengisi emas nya.Raja Balok pun menyetujui permintaan Deraman.
Maka pulanglah Deraman ke pondoknya.Setelah berembug dengan istrinya,di putuskan bahwa ia akan kembali ke Brunai utnuk mengambil emas bahkan segala benda dan barang yang akan di perlukan selama mereka bermukim di Belitung.Ke esokan harinya,Deraman pun segera menyipkan sebuah perahu baru.Setelah berhari-hari,selesailah perahu tersebut berikut segala perlengkapan sederhana yang kira-kira memenuhi syarat untuk bias sampai ke Brunai.Istrinya menyiapkan panggang lutong,makanan awet di jalan dan kebutuhan suaminya seperti sarung dan berbagai helai pakaian yang di buat dari kain robekan layar.
Setelah semua persiapan selesai berangkatlah Deraman dari muara Sungai Pesak menuju Brunai.Barhari-hari Deraman menggunakan waktu mendarat itu dengan sebaik-baiknya.Di sediakan nya emas satu jukung untuk syarat tadi,dan sebatang bibit kayu pelepak,setempurong batu garam ( pasir garam ),seekor kucing,seekor ayam jantan dan beberapa barang lain nya untuk di bawa ke Belitung.
Singkat cerita dengan bekal tersebut Deraman kembali berlayar ke Belitung.Selama berlayar,ayam jantan yang ia bawa,selalu berkubang dalam kapur garam,hingga melekat pada bulu-bulunya.Di tengah perjalanan ia di cegat gerombolan lanun.Saat di cegat para lanun itu,ayam jantan milik Deraman segera terbang ke tiang-tiang layar perhau lanun tersebut.Di atas tiang layar itulah,kemudian ayam jantan itu mengepak-ngepakan sayapnya yang penuh berisi pasir garam,hingga membuat para lanun kelilipan,dan menjadi kalang kabut.Bertepatan dengan itu Deraman menyerang para lanun,hingga habis semua nya.
Setiba di Belitung,Deraman langsung menghadap sang Raja di istana nya.Kepada Raja ia minta agar transaksi di lakukan di pinggir muara Sungai Pesak,dekat perahu dan sejukung emas di tambatkan.Mendengar Deraman sudah siap dengan syarat untuk menetap di wilayahnya Raja Balok pun setuju dan berangkat di iringi pengawal lengkap.
Tiba di pinggir sungai dekat perahunya di tambatkan terjadilah transaksi.Tapi,sekali lagi,Deraman minta dengan hormat sebelum transaksi “ ditandatangani “ agar Raja Balok juga menerima tawaran dari Deraman.
Baginde,baik e gini jak.Jukong dan emas di dalam nye kamu ambik,tapi aku nanam pelepak ne dari kampong aku de sanak.Lauda itu aku nebarkan kapor garam ne de sekitarnye.Jadi kayu ini kan jadi batas kediaman aku mun die tumbo kelak,” begitu permintaan Deraman.
Karena permintaan itu di nilai tidak ada artinya,Raja Balok pun mengizinkan penanaman kayu pelepak dan penaburan pasir garam tersebut.Demikianlah akhirnya Deraman pun dapat tinggal di daerah Pesak ini.
Cuman dari batas penanaman sebatang pohon Pelepak tadi,berkembanglah pohon tadi menjadi meluas sampai ke wilayah km 62 sekarang.Anehnya justru di daerah Dusun balok sendiri tidak tumbuh sama sekali.Dari penuturan narasumber cerita ini,di ketahui bahwa batas perdukunan Balok dan Pesak,yaitu daerah asal pohon pelepak tadi dan yang ada pohon pelepak sedang daerah perdukunan Balok yang tidak ada pohon pelepak.
Deraman juga memiliki sebuah senjata bernama keris candrik ( panjangnya sejengkal ).Ketika musim kemarau panjang meyerang kelekaknya,Deraman kesulitan mendapatkan sumber mata air untuk di jadikan sumur,mesti hamper semua wilayah itu telah di jelajahinya.Dalam keadaan demikian Deraman mencabut keris candrik dan menancapkan nya ke tanah dekat pondok nya sambil berkata “ De sinek la baru kau akan keluar,atau kamek akan mati semue ! “ sekejap setelah ia mencabut keris candrik dari dalam tanah,keluarlah air dari tempat ia mencapkan keris candriknya tadi.Sumber air itulah yang sekarang berada dekat kuburan nya atau tak jauh dari lairan Sungai Pesak yang berair asin,namun sumur air itu tetap tawar.
Setelah lama bermukim di daerah Pesak,Deraman pun punya seorang anak perempuan kesayangan.Sebagaimana di ketahui pohon durian bias tumbuh dimana saja.namun,di Pesak pohon durian baru tumbuh dua tiga keturunan ke belakang.
Menurut cerita hal itu terjadi juga berkenaan dengan keberadaan Deraman Jayasakti.Seperti umumnya di kampong-kampung di Belitung,musim durian merupakan kesempatan bagi anak-anak untuk bermain jauh dari rumah.
Di kisahkan ,pada saat musim repak durian sedang jujo,anak perempuan Deraman berada sendiri di pondok durian nya utnuk menunggu durian jatuh.Dalam kesenyapan kelekak,tiba-tiba terdengar suara gemerisik di ikuti suara gedebuk tanda ada durian jatuh.Namun,suara itu di ikuti jeritan anak kecil.
Mendengar suara jeritan tersebut Deraman segera menghentikan pekerjaan nya dan bergegas menuju pondok durian nya.Begitu sampai di pondok durian betapa kagetnya dia.Anak kesayangan nya sudah terbaring dengan kepala berlumuran darah.Karena terbawa rasa sedih yang teramat sangat atas kejadian yang menimpa putri kesayangan nya itu dengan marah ia pun berucap “ selama tujuh turunan kampong ini ndak kan detempo durin ! “ Lalu,jenazah putri kesayangan nya itu pun ia makam kan di pinggir Sungai Pesak saat ini.
Sepeninggal putri kesayangan nya Deraman sangat terpukul,hingga mengkhawatirkan istrinya.Rupanya putri kesayangan nya itu tak dapat tergantikan dengan kesenangan lain.satu-satu teman permainan Deraman hanya tinggal kucing dan ayam jantan yang di bawanya dari Brunai.Namun,karena bukan manusi,keduanya hanya bisa di ajak bermain di luar rumah saja.
Yang merasa Deraman merasa aneh adalah keakraban kedua biantang itu kepadanya.Kemana Deraman pergi,kedua biantang itu selalu mengikuti.Bahkan kedua binatang itu selalu ikut di saat ia pergi berburu.namun,keikutsertaan kedua binatang itu tak membuat repot,malah membawa berkah.Setiap pergi berburu ia selalu mendapat hasil mulai lutong kecil,kera serta binatang lainya,hingga berlebih dan bisa di awetkan dalam bentuk pekasam sebagai makanan persediaan..sampai-sampai pekasam dari hasil buruan itu mencapai tujuh tempayan.begitu lah kehidupan Deraman sepeninggal putri kesayangan nya.
Suatu hari ,datanglah sebuah perahu dengan beberapa anak buah.Dari penampilan dan wajahnya,para pendatang itu terliahat tak ganas,malah penuh sinar kebijakan dan kebaikan.Deraman memperhatikan bentuk perahu mereka,hingga akhirnya tahu lah ia bahwa para pendatang itu berasal dari Brunai juga.
Deraman pun menyambut mereka dan segera menemui kepala perahu tersebut dan menanyakan maksud kedatangan mereka.Setelah ngobrol sana-sini,kepala perahu pun menyampaikan maksud kedatangannya.Dari Brunai ia mendapat tugas untuk meng-islamkan semua orang Brunai yang berada di luar Brunai,terutama di pulau-pulau di sebrang lautan.Maka kepala perahu itu pun memanggil seorang ahli agama yang akan mengjarkan agama islam kepada Deraman khususnya dan kepada penduduk setempat pada umumnya.
Setelah mendengar dan menyimak semua hokum dan ketentuan Islam,Deraman pun berakata : “kaluk gitu aku lum kan masuk islam.Aku nak ngabisen duluk tujo tempayan pekasan berisi pekasan daging lutong dan kerak.” Mendengar hal itu maklum kepala perahu kenapa Deraman belum mau masuk Islam.
Menurut penuturan,belum sempat menghabiskan tujuh tempayan pekasam lutong dan kera tersebut Deraman telah keburu meninggal dunia.
Keramat ini terletak di sebelah kiri arah ke km 62 dari jembatan Sungai Pesak,bergabung dengan kuburan umum tapi di pelihara dan di kelola khusus oleh ahli waris nya.Bentuk kuburan dan misan nya menggambarkan Islam dan sumur di dekatnya bergaris tengah 60 cm dengan kedalaman 70 cm,berair tawar walaupun hanya beberapa meter dari lairan Sungai Pesak yang berair asin.
Semua penduduk Pesak sangat menjaga kebersihan lingkungan ini karena jika sembarangan menggunakan air sumur ini,bada akan gatal-gatal.Menurut narasumber,sumur ini menjadi alamat terakhir penduduk saat musim kemarau panjang.
Desan Pesak sendiri memiliki kekhususan melaksanakan ruwahan di rumah masing-masing,tapi di lakukan bersama berpusat di sekitar Makam Datuk Keramat Pesak.sebab Deraman Jayasakti di anggap sebagai cikal bakal penduduk Desa pesak saat ini.

Hikayat Raja Berekor

Hikayat Raja Berekor

Cerita ini merupakan kegiatan dari asal usul Pulau Belitung. Dimana terdapat sebuah pulau hanyut yang di akibatkan kemurkaan seorang raja di Bali akibat anaknya mengandung anak akibat hubungan nya dengan anjing kesayangan nya.
Hatta setelah tiba waktunya,sang putri yang mengandung akibat hubungan dengan anjing kesayangan nya,melahirkan seorang bayi laki-laki.Berbeda dengan bayi normal,sekujur tubuh bayi tersebut penuh di tumbuhi bulu-bulu subur serta memiliki sebuah ekor kecil,layaknya anjing.

Hikayat Tuk Layang

Hikayat Tuk Layang

Di sebuah kelekak sekitar Buding,saat penduduk Belitung masih tinggal di pedalaman guna menghindari gangguan lanun,tinggal satu keluarga dengan satu anak yang hidup sangat bersahaja.Keluarga itu di kepalahi seorang suami yang di kenali masyarakat dengan panggilan Tuk Layang.
Tuk laying adalah seorang yang memilik ilmu tinggi,baik di darat maupun di laut.Tak heran penduduk setempat merasa tentram,karena Tuk Layang bisa menjadi tempat berlindung dari gangguan para lanun yang saat itu suka menyerang perkampungan penduduk.Sementara ketika dilaut,para lanun selalu akan menjauh jika melihat Tuk Layang sedang mendayung sendiri perahunya.

Si Kantan

Si Kantan

Pada zaman sebelum Agama Islam masuk dan berkembang di Belitung,tersebutlah seorang janda miskin yang hidup bersama seorang anaknya bernama Kantan.Dua anak beranak ini tinggal di sebuah kelekak yang sekarang bernama Cerucuk.Mereka hidup dari hasil menangkap ikan atau hasil laut lain nya serta buruan di hutan sekitar tempat tinggal nya.
Hidup sebagai janda beranak satu,terasa sangatlah berat bagi ibu Kantan.Namun,akibat kerja keras ibunya,Si Kantan bisa tumbuh sebaagaimana layaknya manusia biasa dan bisa mandiri tanpa menggantungkan hidup pada orang tuanya setelah mulai menginjak dewasa.

Telage Muyang Manis

Telage Muyang Manis

Di bagian Tenggara Kecamatan Membalong terdapatlah sebuah teluk agak besar,yakni Teluk Balok.Ke dalam teluk ini bermuara sebuah sungai yang terbilang besar dan panjang menurut ukuran penduduk setempat,yang di kenali sebagai Sungai Kembiri.
Konon,pada suatu ketika,sebelum Agama Islam masuk ke Belitung,disisi sungai ini berlabuh sebuah perahu.
Sebelumnya perahhu tersebut telah beberapa hari memudiki sungai sampai jauh ke hulu hingga tiba pada sebuah lemong ( lekukan sungai yang airnya lebih dalam,red ),tempat Sungai Kemibiri ini terbelah dua.Aliran dari sebelah kiri agak dalam airnya daripada air sebelah kanan. Ke arah kiri inilah perahu tersebut melaju.
Setelah berhari-hari memudiki sungai ini,perahu ini akhirnya tiba di satu tempat yang mereka anggap baik sebagai tempat pemukiman.Setelah mendarat,awak perahuh segera mempersiapkan diri membuat tempat untuk bermukim.Mereka menebang hutan dan membuka ladang.

Riwayat Putri Nurjanu Nibong Bedegong

Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Bedegong

Beberapa ratus tahun lalu,di kampong Aik Kelekak Nangkak ( sekarang Dusun Dudat ),tinggalah seorang ibu tua bernama Dayang Samak bersama anaknya-anaknya.Di rumah itu juga tinggal seorang gadis dari seberang bernama Nurjanu.
Gadis ini konon dikabarkan berparas sempurna.Berkulit bening,laksana kaca.Hingga dilukiskan jika ia minum,air yang ia minum itu bisa terlihat ketika lewat di kerongkongan nya.Rambut panjangnya di lukiskan : bila di bersihkan perlu tujuh ramunan ( bahasa local berate kayu penjemur pakaian ,red ) untuk menjemur.Hebat nian bunga Aik Kelekak Nangka ini.

Hikayat Keramat Gadong

Hikayat Keramat Gadong

Buding adalah desa terdekat wilayah Kecamatan Kelapa Kampit,berjarak sekitar 44 kilometer dari Tanjungpandan,ibu kota Kabupaten Belitung. Penduduk desa ini memiliki legenda “ kebanggaan “, Keramat Gadong.
Kisah ini terjadi jauh sebelum datang penjajah.Di saat jalan raya yang menghubungkan Tanjungpandan – Manggar ( seperti sekarang ini ) belum ada.Saat sebagian besar penduduk memilih tinggal di pedalaman untuk menghindarkan gangguan lanun yang suka merampok,serta menculik wanita dan anak-anak.

Kamis, 26 Maret 2015

Legenda Pulau Kapal

Legenda Pulau Kapal

Cerita ini berasal dari Belitung. Dahulu, ada sebuah keluarga miskin bertempat tinggal di dekat sungai Cerucuk. Kehidupan keluarga tersebut sangatlah miskin. Mereka hidup dari mencari dedaunan maupun buah-buahan yang dalam hutan. Hasil pencahariannya dijual di pasar.

Cerita Rakyat Belitung Putri Pinang Gading

Cerita Rakyat Belitung - Putri Pinang Gading

Membalong yang dulu dikenal dengan Belantu adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung (Babel), Indonesia. Konon, di daerah ini pernah hidup sepasang suami-istri yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Pada suatu hari, sang suami baru selesai menangkap ikan di tepi laut. Namun, dalam perjalanan pulang ke rumahnya, ia menemukan sebatang bambu yang sangat aneh. Bambu itu dapat bergerak sendiri dan selalu menghalang-halangi jalannya. Bagaimana bambu itu dapat bergerak sendiri? Lalu, apa yang akan dilakukan Pak Inda terhadap bambu itu? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Putri Pinang Gading berikut ini.

Cerita Rakyat Belitung Datuk Temiang Belah

Cerita Rakyat Belitung- Datuk Temiang Belah




Pada jaman dahulu kala, sekitar abad ke-18, ditepi aliran Sungai Letang, Dusun Burung Mandi Desa Mengkubang Kecamatan Manggar,pulau Belitong,hiduplah sepasang suami istri yang terkenal dengan gelar “DATUK LETANG”. Untuk kelangsungan hidupnya mereka atasi dengan berladang padi dan menangkap ikan disungai dengan memakai alat penangkap ikan dari bambu yang disebut BUBU.Pasangan suami istri tersebut sampai menjelang usia lanjut belum juga memperoleh seorang anak.Segala cara dan daya upaya telah mereka lakukan,akan tetapi belum juga berhasil,akhirnya mereka hanya bisa pasrah.

Cerita Rakyat Belitung Padang Muang Anak

Cerita Rakyat Belitung - Padang Muang Anak


DIRIWAYATKAN kira-kira abad XIII, Pulau Belitung pernah mengalami suatu musim Barat Ijau, yakni kemarau panjang yang melebihi kemarau yang datang biasanya. Kemarau ini mengakibatkan dimana-mana terjadi kekurangan air baik untuk keperluan minum maupun kebutuhan rumah tangga. Tersebutlah kisah seorang ibu bernama Dambe’ berjalan terseok-seok mendukung seorang anaknya kesana-kemari. Anak yang ada dalam gendongannya itu baru bisa merangkak. Tangan kirinya nampak menjinjing sebuah gerebog (tempat air beraal dari tempurung kelapa yang diambil dagingnya tanpa memecahkan tempurung, red.). Sementara tangan kanannya mengapit anaknya. Sudah setengah hari Mak Dambe’ mencari air sambil menggendong anaknya. Terakhir ia menyusuri kaki Gunung Tajam, tapi belum juga mendapatkan air. Sementara anaknya sudah mulai menangis kehausan. Saking haus dan kecapekan Mak Dambe’ duduk melepaskan lelah di atas sebuah batu sambil melayangkan pandangannya kalau-kalau ada petunjuk dimana ia bisa mendapatkan air.

Cerita rakyat Belitung Cerita Layang

Cerita rakyat Belitung - Cerita Layang

Cerita Layang adalah adik kandung penguasa Negeri Tanjung Pandan, Ratu Tunggak Rantau Sawangan Ramas. Saat berumur sepuluh tahun, Cerita Layang pergi berkelana tanpa meninggalkan pesan. Bahkan, hingga puluhan tahun dalam pengelanaannya tidak pernah memberi kabar kepada kakak kandungnya. Dapatkah Cerita Layang berkumpul kembali bersama kakak kandungnya? Ikuti kisahnya dalam cerita Cerita Layang berikut ini!

Cerita Rakyat Si Kelingking

Cerita rakyat Belitung - Si Kelingking

Belitung yang dulu dikenal dengan Billiton adalah nama sebuah pulau di Provinsi Bangka Belitung, Indonesia. Pulau yang terletak di bagian timur Sumatra ini terbagi menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. Di pulau ini beredar sebuah cerita rakyat tentang sepasang suami-istri yang hendak membunuh anaknya. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk membunuh anaknya, namun tidak pernah berhasil. Mengapa sepasang suami-istri itu hendak membunuh anaknya? Kisahnya dapat  Anda simak dalam cerita Si Kelingking berikut ini.

Cerita Rakyat Asal Usul Pulau Belitung

Cerita Rakyat Belitung - Asal Usul Pulau Belitung

Belitung atau Belitong (sejenis siput laut) adalah nama sebuah pulau tropis yang terletak di lepas pantai timur Pulau Sumatra, bagian dari Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Menurut cerita, pulau yang bentuknya mirip kepala manusia ini merupakan bagian semenanjung utara Pulau Bali yang terputus, lalu hanyut terbawa arus gelombang menuju ke arah utara. Peristiwa apakah yang menyebabkan Pulau Bali terputus? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Asal Usul Pulau Belitung berikut ini.

Minggu, 22 Maret 2015

Batu Baginde

Batu Baginde, Batu Besar nan Menjulang Tinggi di Selatan Belitung


Tidak jauh dari Pantai Penyabong di kawasan Membalong, Belitung, terdapat sebuah pemandangan batu granit yang sangat besar dan menjulang tinggi seperti gunung. Batu ini dikenal dengan sebutan Batu Baginde.

Batu Satam

Batu Satam, Batu Meteor Cendera Mata Negeri Laskar Pelangi

Bila Anda pernah berkunjung ke Pulau Belitung, mungkin pernah melihat batu yang satu ini. Batu satam namanya. Konon, menurut cerita, batu ini merupakan serpihan batu meteor yang jatuh di salah satu pulau dengan pantai terindah ini.

Museum Kata Andrea Hirata

Datang ke museum ini, pengunjung akan diajak menapaktilasi perjalanan novel Laskar Pelangi. Mulai dari cuplikan halaman per halaman novel laris tersebut hingga diangkat menjadi sebuah film yang sangat laris di Indonesia.

Gangan


Jika selama ini Anda menikmati ikan dengan cara dibakar atau digoreng, kuliner yang satu ini sangat layak untuk Anda coba. Namanya gangan. Kuliner asal Pulau Belitung ini menyajikan ikan tenggiri yang dimasak dalam bentuk sup dengan rasa yang segar.

Belacan Belitung, Citarasa Khas dari Pulau Timah

Belacan merupakan salah satu buah tangan khas dari Pulau Belitung. Olahan fermentasi hasil laut yang memiliki aroma dan cita rasa unik ini merupakan produk industri rumahan dari salah satu desa di Belitung, yaitu Desa Sijok (Sijuk). Meski demikian, cita rasa dari belacan Sijok telah identik dengan pulau timah ini.
Karena itulah, tidak lengkap rasanya jika kembali dari perjalanan ke Belitung tanpa membawa oleh-oleh beberapa bungkus belacan.

Lakse, Kuliner Khas Belitung yang Terinspirasi Spaghetti

Namanya lakse. Konon, kuliner khas Belitung ini merupakan adaptasi dari spaghetti yang dibuat masyarakat di negeri penghasil timah itu. Sekilas melihat bentuknya, lakse sangat mirip dengan putu mayang.

Pernikahan Adat Belitung

Pernikahan Adat Belitung

Pernikahan merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan manusia. Karenanya, terdapat prosesi khusus yang dilakukan dalam menyambut fase ini. Di Indonesia, setiap daerah memiliki proses khusus dalam penyelenggaraan pernikahan. Di dalamnya, terdapat nilai-nilai yang sakral dan unik.

Selasa, 17 Maret 2015

Meriahnya Karnaval di Belitung Beach Festival


Meriahnya Karnaval di Belitung Beach Festival

Bulan Mei 2013 lalu, masyarakat Negeri Laskar Pelangi dihibur oleh karnaval dengan kostum aneka warna dalam gelaran Belitung Beach Festival. Mereka memadati arena Pantai Tanjung Pendam untuk melihat dari dekat parade pakaian unik yang ditampilkan di acara ini.

Adat Kesenian Maras Taun

Mencari Keselamatan Kampung dalam Tradisi Marastaun

Tradisi ini bertujuan untuk mencari keselamatan kampung. Dalam tradisi yang diadakan setiap tahun ini seluruh warga berkumpul di rumah seorang tokoh atau bisa dibilang dukun yang dihormati di seluruh kampung untuk didoakan bersama-sama. Inilah tradisi marastaun yang masih dianggap sakral di negeri laskar pelangi.

Berebut Lawang

Berebut Lawang, Bersambut Pantun dalam Tradisi Pernikahan Masyarakat Belitung

Jika masyarakat Betawi memiliki tradisi palang pintu, masyarakat Belitung pun memiliki satu tradisi beradu pantun yang biasa disebut berebut lawang.

Senin, 16 Maret 2015

Kepulauan Granit Nan Mempesona


Kepulauan Granit Nan Mempesona

 Indonesia memang telah dikenal masyarakat dunia sebagai negara dengan sejuta pesona alam yang begitu memukau. Dari pantai yang indah, gunung yang cantik, lembah yang membuat kita kagum, atau dataran tinggi dengan keragaman tanaman yang begitu indah. Indonesia memiliki keunikan tersendiri yang rasanya sulit tersaingi.

Minggu, 15 Maret 2015

Meriahnya Karnaval di Belitung Beach Festival

 Meriahnya Karnaval di Belitung Beach Festival


 Bulan Mei 2013 lalu, masyarakat Negeri Laskar Pelangi dihibur oleh karnaval dengan kostum aneka warna dalam gelaran Belitung Beach Festival. Mereka memadati arena Pantai Tanjung Pendam untuk melihat dari dekat parade pakaian unik yang ditampilkan di acara ini.

Sabtu, 14 Maret 2015

Tarian Atraktif Khas Pulau Belitung

Tarian Atraktif Khas Pulau Belitung

 

 Satu persatu anak berlari ke tanah lapang dengan seluruh badan dilumuri lumpur. Mereka membawa dulang dan melakukan gerakan-gerakan seperti sedang melakukan aktivitas mendulang timah. Suasana penuh keceriaan terlihat sekali dari raut wajah anak-anak asli Belitung ini.

Itulah sedikit gambaran dari Tari Mendulang Timah yang dibawakan sekitar 20 anak pada gelaran Belitung Beach Festival bulan Mei lalu. Kehadiran mereka mampu menarik perhatian serta menghibur penonton yang memadati Pantai Tanjung Pendam, Belitung.  

Gerakan-gerakan anak-anak penari mendulang timah seperti membentuk lingkaran dan berbaris ini terlihat sangat atraktif dan kompak. Sambil mengangkat dulang, mereka berlari membuat lingkaran dan  sesekali mengeluarkan teriakan-teriakan yang mengundang tawa penonton.

Menyaksikan Tari karya penulis novel laskar pelangi, Andrea Hirata, memang terasa begitu energik dan tidak jarang penonton memberikan tepuk tangan meriah kepada anak-anak penari tari mendulang timah