Cerita rakyat Belitung - Cerita Layang
* * *
Alkisah, di Negeri
Tanjung Pandan, Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia, hiduplah dua orang
hulubalang kakak beradik. Sang Kakak bernama Ratu Tunggak Rantau
Sawangan Ramas, penguasa Negeri Tanjung Pandan. Sementara sang Adik
bernama Cerita Layang yang masih berumur sepuluh tahun, mahir bermain
silat dan gemar menolong.
Pada suatu hari,
entah alasan apa, Cerita Layang pergi berkelana tanpa memberitahukan
kakaknya, Ratu Tunggak. Setelah bertahun-tahun di perantauan, ia pun
tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan gagah. Suatu sore, ia sedang duduk
bersandar pada pohon nyiur sambil menikmati semilir angin senja Pantai
Ujung Tanjung di Pulau Rencong. Di wajahnya terpancar sejuta kerinduan
ingin pulang ke kampung halamannya. Di saat sedang tenggelam dalam
lamunannya, tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah kapal yang akan
menuju ke arah hulu Ketahun.
“Hai, bukankah itu kapal milik Pangeran Cilibumi Aceh?” gumamnya. “Wah, orang serakah itu pasti mau pergi menagih hutang lagi.”
Setelah yakin bahwa
kapal itu milik Pangeran Cili Aceh, Cerita Layang langsung beranjak
dari duduknya hendak mencegat laju kapal itu. Ia sangat mengenal watak
Pangeran Cili. Konon, Pangeran dari Aceh itu memiliki sifat licik, yaitu
suka menghabisi nyawa orang-orang yang tidak sanggup membayar hutang
kepadanya dengan cara menaburi racun dalam makanan mereka. Mengetahui
gelagat Pangeran itu, Cerita Layang pun segera mengayuh perahunya yang
ditambatkan di tepi laut untuk mencegat kapal itu.
“Hai, Pangeran
Cili! Sebaiknya engkau urungkan niat jahatmu itu!” seru Cerita Layang.
“Engkau adalah Pangeran yang tamak terhadap harta benda. Sebaiknya
engkau serahkan saja sebagian hartamu kepadaku!”
Mendengar seruan
itu, Pangeran Cili langsung naik pitam. Ia tidak terima disebut sebagai
orang tamak. Dengan lantangnya, ia berteriak menantang Cerita Layang
untuk bertarung.
“Hai, Cerita
Layang! Selama aku masih bisa menghembuskan nafas, semua harta bendaku
akan kupertahankan. Tapi, jika kamu berhasil mengalahkanku dan seluruh
anak buahku, kamu boleh mengambil sebagian harta bendaku,” tantang
Pangeran Cili.
Tanpa berpikir
panjang, Cerita Layang langsung menerima tantangan itu. Ia pun segera
merapat dan naik ke atas kapal Pangeran Cili. Melihat Cerita Layang
berada di atas kapal, Pangeran Cili segera memerintahkan seluruh anak
buahnya untuk mengepung sang Pengelana itu.
“Pengawal! Ayo kepung pemuda tolol itu!” seru Pangeran Cili. “Jangan biarkan dia lolos dari tempat ini!”
Mendengar perintah
tuannya, puluhan anak buah kapal segera mengepung Cerita Layang.
Pertempuran sengit pun tak terelakkan lagi. Mereka menyerang Cerita
Layang dengan pukulan dan tendangan secara bergantian. Pemuda gagah dari
Tanjung Pandan itu harus berkelit ke sana kemari untuk menghindari
serangan musuh yang datang secara bertubi-tubi. Dengan kesaktiannya, ia
dapat mengalahkan seluruh anak buah Pangeran Cili. Satu per satu mereka
terlempar ke laut dan tewas tenggelam. Kini, hanya Pengeran Cili yang
tersisa.
“Hai, Pangeran tamak! Kembalilah ke negerimu!” seru Cerita Layang.
“Aku akui kamu
hebat, Cerita Layang! Meskipun kamu telah mengalahkan semua anak buahku
yang tidak becus itu, tapi kamu takkan mungkin mengalahkanku. Majulah
kalau berani!” tantang Pangeran Cili.
Pertarungan sengit
pun terjadi. Pertarungan itu tampak seimbang. Rupanya, Pangeran Cili
juga sangat mahir bermain silat. Keduanya silih berganti saling
menyerang. Sudah empat belas hari empat belas malam pertempuran itu
berlangsung, namun belum satu pun yang terkalahkan. Pada hari kelima
belas, Pangeran Cili sudah mulai kelelahan, sedangkan Cerita Layang
masih tampak segar bugar. Pada saat yang tepat, Cerita Layang
melayangkan sebuah tendangan keras dan tepat mengenai rahang kanan
Pangeran Cili. Tak ayal lagi, sang Pangeran pun jatuh tersungkur mencium
lantai kapal dan tak mampu lagi melanjutkan pertarungan.
“Engkau memang sakti, Cerita Layang! Aku mengaku kalah,” kata Pangeran Cili.
Setelah itu,
Pangeran Cili pun menyerahkan sebagian harta kekayaannya kepada Cerita
Layang berupa tujuh buah gedung yang berada di Kolam Hulu dan Kolam
Hilir, bermacam-macam mata uang ringgit, seperiuk intan, serta dua puluh
satu karung emas kepada Cerita Layang. Namun, Cerita Layang tidak
mengambil sepersen pun dari harta benda tersebut, melainkan
mengembalikannya kepada Pangeran Cili.
“Hai, Pangeran
Cili! Ambillah kembali harta bendamu itu sebagai tebusan atas seluruh
hutang orang-orang yang berhutang kepadamu. Tapi, ingat! Kamu tidak
boleh lagi kembali menagih hutang, apalagi menghabisi nyawa mereka!”
ujar Cerita Layang.
“Baiklah, Cerita Layang! Aku berjanji tidak akan menagih hutang kepada mereka?” ucap Pangeran Cili.
Setelah itu, Cerita
Layang kembali melanjutkan perjalanan untuk mengelana dari satu pulau
ke pulau yang lain. Ketika ia sampai di sebuah ujung pulau, tampak dua
buah rejung (kapal) yang hendak menepi. Rupanya, pemilik kedua rejung
tersebut adalah rentenir juga. Mereka adalah Malim Kumat dan Malim
Pantap. Alangkah terkejutnya Cerita Layang setelah menyelidiki isi kedua
kapal itu. Ia melihat banyak benda-benda berharga milik Kerajaan
Tanjung Pandan yang sangat dikenalinya. Ia yakin bahwa kedua rentenir
tersebut baru pulang dari menagih hutang di Negeri Tanjung Pandan.
Selain itu, Cerita Layang juga melihat dua remaja yang sedang di tawan
di atas kapal itu. Namun, ia tidak mengetahui bahwa mereka adalah
keponakannya sendiri, yaitu Sindiran Dewa dan Dewa Pasindiran, putra
Ratu Tunggak atau kakak kandungnya. Sebab, kedua anak tersebut belum
lahir ketika ia meninggalkan Negeri Tanjung Pandan.
“Wahai, Para
Rentenir! Sebaiknya, kembalikan semua harta tersebut ke Kerajaan Tanjung
Pandan, dan lepaskan kedua anak itu!” seru Cerita Layang.
Kedua rentenir
tersebut tidak menghiraukan seruan Cerita Layang. Mereka justru
menantang Cerita Layang untuk mengadu kekuatan. Akhirnya, pertarungan
sengit pun terjadi antara Cerita Layang dengan kedua rentenir itu
beserta anak buahnya. Pertarungan itu berlangsung selama berhari-hari
dan pada akhirnya dimenangkan oleh Cerita Layang.
Sementara itu,
Sindiran Dewa dan Dewa Pasindiran dapat meloloskan diri dan lari masuk
ke dalam hutan pada saat pertempuran itu berlangsung. Di tengah hutan,
mereka bersepakat berpisah untuk mengadu nasib sendiri-sendiri. Sindiran
Dewa berlari menuju ke arah Muara Bengkulu dan menetap di sana. Menurut
cerita, ia diangkat menjadi anak dan diajari ilmu bela diri oleh
seorang hulubang yang bernama Hulubalang Anak Dalam Wirodiwongso.
Pada suatu hari,
Sindiran Dewa mendengar kabar bahwa negerinya, Tanjung Pandan, hancur
diserang oleh Pangeran Cili. Rupanya, pengaren dari Aceh itu belum juga
jera setelah dikalahkan oleh Cerita Layang. Ia menawan ayah dan kakak
perempuan Sindiran Dewa yang bernama Item Manis. Mendengar kabar
tersebut, Sindiran Dewa memohon izin kepada ayah angkat sekaligus
gurunya untuk pergi menyelamatkan ayahanda dan kakaknya yang di tawan
oleh Pangeran Cili di Negeri Aceh.
Sindiran Dewa
berlayar ke Negeri Aceh dengan menggunakan rejung. Setibanya di sana, ia
menyelinap masuk ke kediaman Pangeran Cili untuk melepaskan ayahanda
dan kakaknya, dan kemudian membawa mereka ke rejung yang ditambatkan di
tepi laut. Begitu ia hendak mengayuh rejungnya meninggalkan Negeri Aceh,
tiba-tiba Pangeran Cili muncul dari balik semak-semak bersama dua anak
buahnya.
“Hai, Anak Muda! Siapa kamu? Berani sekali kamu membawa lari tawananku. Ayo, kembalikan mereka kepadaku!” seru Pangeran Cili.
“Ketahuilah, hai
pangeran licik! Aku ini putra Ratu Tunggak dari Kerajaan Tanjung
Pandan! Jika kamu ingin mengambil tawananmu ini, langkahi dulu mayatku!”
tantang Sindiran Dewa seraya melompat turun dari rejungnya.
“Dasar anak ingusan! Berani sekali kamu mengantarkan nyawamu kemari! Ayo majulah kalau berani!” seru Pangeran Cili.
Pertarungan sengit
pun terjadi. Sindiran Dewa dikeroyok oleh Pangeran Cili bersama dua
orang anak buanya. Baru saja pertarungan itu dimulai, tiba-tiba Dewa
Pesindiran muncul membantu kakaknya. Tak berapa lama kemudian, Cerita
Layang yang kebetulan lewat di tempat kejadian itu ikut membantu kedua
putra Ratu Tanjung Pandan tersebut. Akhirnya pertarungan semakin seru,
satu melawan satu. Sindiran Dewa dan adiknya melawan kedua anak buah
Pangera Cili, sedangkan Cerita Layang berhadapan langsung dengan
Pangeran Cili.
“Oh kamu lagi, hai
Pangeran Cili! Rupanya kamu telah lupa pada janjimu dulu untuk tidak
menjadi rentenir lagi!” seru Cerita Layang.
“Ketahuilah, hai
Cerita Layang! Gara-gara kamu, aku menjadi bangkrut. Jadi, aku terpaksa
kembali menjadi rentenir,” kata Pangeran Cili.
Cerita Layang merasa bahwa Pangeran Cili tidak bisa diberi ampun lagi.
“Dasar orang
serakah! Terimalah pukulanku ini!” seru Cerita Layang seraya melepaskan
sebuah pukulan keras dan cepat ke dada Pangeran Cili.
Pangeran Cili pun
tidak mampu lagi menghindar. Ia terpelanting jauh dan jatuh tersungkur
di tanah dan tewas seketika. Melihat pangeran dari Aceh tidak bergerak
lagi, Cerita Layang segera membantu Sindiran Dewa dan Dewa Pesindiran.
Dalam waktu singkat, mereka pun berhasil mengalahkan kedua anak buah
Pangeran Cili tersebut. Setelah itu, suasana menjadi hening. Cerita
Layang dan kedua pangeran dari Tanjung Pandan itu saling berpandangan.
Meskipun belum saling mengenal, hati mereka terasa sangat dekat.
“Hai, anak muda! Siapa kalian dan berasal dari mana?” tanya Cerita Layang.
“Kami adalah putra Ratu Tunggak dari Kerajaan Tanjung Pandan,” jawab Sindiran Dewa.
Cerita Layang langsung tersentak kaget. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan Sindiran Dewa.
“Apa katamu? Kalian putra Ratu Tunggak?” Cerita Layang kembali bertanya.
“Benar, Tuan! Apakah Tuan mengenal ayahanda kami?” sahut Dewa Pesindiran.
Tanpa sepatah kata
pun keluar dari mulutnya, Cerita Layang langsung merangkul Sindiran Dewa
dan Dewa Pesindiran. Tak terasa air matanya mengalir karena terharu
dapat bertemu dengan keponakannya. Sindiran Dewa dan adiknya pun
terheran-heran melihat sikap Cerita Layang.
“Maaf, Tuan! Kenapa Tuan menangis dan memeluk kami seperti ini?” tanya Sindiran Dewa heran.
Mendengar pertanyaan itu, Cerita Layang perlahan-lahan melepaskan pelukannya.
“Ketahuilah, wahai anak-anakku! Aku ini paman kalian. Aku Cerita Layang, adik kandung ayah kalian,” ungkap Cerita Layang.
Mendengar
keterangan itu, Sindiran Dewa dan adiknya pun tak kuasa membendung air
matanya. Mereka ikut terharu dan gembira karena telah bertemu dengan
paman mereka yang telah menghilang selama puluhan tahun.
“Maafkan kami,
Paman! Kami tidak mengerti sama sekali bahwa orang yang selama ini
menyelamatkan kami dari perbuatan jahat Pangeran Cili adalah Paman,”
ucap Sindiran Dewa.
“Tidak apa-apa, anak-anakku! Lupakanlah semua kejadian itu. Mana ayahanda kalian?” tanya Cerita Layang.
“Ayahanda ada di atas rejung bersama Kak Itam Manis, Paman!” jawab Dewa Pesindiran.
Sindiran Dewa dan
adiknya pun mengajak sang Paman menemui ayahanda dan kakak mereka.
Betapa senangnya hati Ratu Tunggak bertemu kembali dengan adik
kandungnya, Cerita Layang. Mereka pun saling berpelukan dalam suasana
penuh haru.
Akhirnya, Cerita
Layang bersama kakak dan ketiga ponakannya kembali ke Negeri Tanjung
Pandan. Sejak itu, Cerita Layang memutuskan tinggal di Negeri Tanjung
Pandan untuk membantu kakaknya menata kembali kerajaan yang telah
diporak-porandakan oleh Pangeran Cili. Setelah suasana kembali normal,
Pangeran Sindiran Dewa dinobatkan menjadi raja dan Cerita Layang
diangkat menjadi penasehat kerajaan. Cerita Layang pun hidup berbahagia
bersama kakak dan ketiga keponakannya di istana Tanjung Pandan.
* * *
Demikian cerita Cerita Layang dari
Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Pelajaran yang dapat dipetik dari
cerita di atas adalah bahwa gemar menolong orang lain, pada hakikatnya
menolong diri kita sendiri. Semakin banyak menolong orang lain, maka
Tuhan pun akan semakin sering menolong kita dengan cara yang tak
terduga. Hal ini terlihat pada perilaku Cerita Layang. Berkat
kegemarannya menolong lain, akhirnya Tuhan mempertemukan kembali dengan
kakak kandungnya, Ratu Tunggak. Dikatakan dalam Tunjuk Ajar Melayu:
wahai ananda dengarlah manat,
tulus dan ikhlas jadikan azimat
berkorban menolong sesama umat
semoga hidupmu beroleh rahmat
(Samsuni/sas/177/12-09)
Belitungku.com
Belitung News and Entertainment Online,
Portal Berita Belitung dan Hiburan secara Online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar