Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Bedegong
Beberapa ratus tahun lalu,di
kampong Aik Kelekak Nangkak ( sekarang Dusun Dudat ),tinggalah seorang ibu tua bernama
Dayang Samak bersama anaknya-anaknya.Di rumah itu juga tinggal seorang gadis
dari seberang bernama Nurjanu.
Gadis ini konon dikabarkan berparas
sempurna.Berkulit bening,laksana kaca.Hingga dilukiskan jika ia minum,air yang
ia minum itu bisa terlihat ketika lewat di kerongkongan nya.Rambut panjangnya
di lukiskan : bila di bersihkan perlu tujuh ramunan ( bahasa local
berate kayu penjemur pakaian ,red ) untuk menjemur.Hebat nian
bunga Aik Kelekak Nangka ini.
Penduduk Aik Kelekak Nangkak
sendiri hanya berjumlah seratus bubungan rumah atau seratus kepala
keluarga.Selain berladang,kehidupan mereka sehari-hari bergantung pada mencari
pekarangan untuk di buat pekasam.Kendati jarak kelekak ini cukup jauh dari
laut,tak menyurutkan mereka untuk pergi dan pulang ke tempat kerjanya dengan
teratur.
Begitulah kehidupan sehari-hari
penduduk kelekak ini.Begitu pula kehidupan Dayang Samak.Namun kerja Putri
Nurjanu seharian hanya bersolek.Hal tersebut merupakan kehendak Dayang Samak
yang takut kalau kulit dan kecantikan Nurjanu akan jadi rusak kalau ikut kerja.
Dalam keseharian Nurjanu memiliki
teman bicara bernama
Bujang Dultalip.Dengan pemuda inilah seharian di bicara apa saja.Sementara
penduduk kelekak yang menyaksikan kelakuan Nurjanu dan Dultalip tak sedikit pun
merasa jengah.Mereka malah bangga,karena dengan adanya Nurjanu,kelekak mereka
jadi terkenal ke wilayah sekitar,hingga banyak orang yang singgah sekedar ingin
melihat.
Penduduk yang hidup mengandlkan
pekarangan dari hari ke hari kehidupan nya makin membaik.Sementara yang
berladang pun panen padinya makin melimpah.Hingga Dayang Samak merasa perlu
untuk merayakan nya.Dengan disponsori Dayang Samak,penduduk setempat sepakat
patungan untuk membeli alat becampak seperti : Tawak-tawak,Gendang
dan gong besar,sedang,kecil,serta sejumlah alat pukul lainnya seperti Kelinang.Setelah
terkumpul uang untuk membeli perlengkapan muasik itu,maka kehidupan di kelekak
itu pun jadi makin meriah.
Singakat cerita,Dayang Samak oleh
penduduk kelekak ini rupanya juga telah merubah corak rumah penduduk.Kalau
sebelumnya rumah mereka hanya berasal dari kulit kayu dan lantai gelegar
saja,kini banyak penduduk yang membuat lebih dari itu,malah ada yang mulai
membuat rumah berlantaikan tanah.begitupun dengan Dayang Samak,sebagai Bos ia
berfikiran harus lebih dari yang lain,hingga ia pun membangun rumah tinggi,dan
menjadi paling tinggi di Dudat saat itu.Dan ,kehidupan di rumah tinggi yang di
lengkapi Nurjanu pun berubah total.Dari hanya seorang gadis cantik saja berubah
menjadi gadis sombong dan angkuh.
Pokonya lengkaplah ia menjadi
seorang gadis yang cantik,sombong dan angkuh.Sebagai primadona kelekak
kemana-mana ia tak pernah lepas dari kawalan Bujang Dultalip.Setiap mentas
campak ia selalau memilih berpasangan dengan laki-laki paling ganteng di antara
yang ikut campak.Hingga membuat laki-laki yang tidak bisa becampak dengan nya
menjadi rendah diri dan tak mau ikut becampak.
Setiap sore,sambil menjuntai kedua
kakinya yang bagus itu,Nurjanu selalu duduk berangin-angin di bagian atas rumah
tinggalnya.Bila ada lelaki yang lewat,walau hanya sekedar melihat,kontan ia
akan meludahi orang tersebut.
Suatu ketika terjadi peristiwa ia
meludahi seorang pemuda yang konon dari daerah Belantu.Begitu Nurjanu meludah
ia langsung menatap dan memungut ludah Nurjanu yang jatuh dekat
kakinya.Kemudian ia meneruskan perjalanan di iringi derail tawa penuh
penghinaan dari Nurjanu.” Wanita cantik itu harus di beri pelajaran.Jangan
karena cantik ia jadi sombong,” gerutu pemuda itu dalam hati dengan penuh
dendam.ia pun langsung pulang ke Belantu,sambil merencanakan pembalasan atas
penghinaan Nurjanu.
Suatu hari penduduk melihat pemuda
itu kembali ke Aik Kelekak Nangkak.Di tangan kirinya ia menjinjing sebuah
keranjang bambu.Matanya selalu mengawasi kemana perginya Nurjanu setiap pagi
dan sore.Rupanya pemuda Belantu ini mengawasi gerak-gerik Nurjanu untuk
mengetahui dimanakah si Jelita yang sombong itu mandi.
Akhirnya ia pun tahu,dikawal Bujang
Dultalip,Nurjanu selalu mandi di Air Magnum.Setelah di ketahui tempat dimana
Nurjanu mandi.suatu siang ia pergi ke bagian hulu air Magnum.Tak ada yang tahu
apa kegiatan pemuda itu di sana.
Beberapa waktu setelah pemuda itu
pergi ke hulu Air Magnum,di tempat tersebut tumbuh sebatang pohon bamboo
aneh.Mengetahui ada pohon bamboo aneh yang tumbuh di bagian hulu,Nurjanu pun
dating untuk melihat.Tapi,setelah sampai ke pohon bamboo tersebut,ia sama
sekali tak melihat ada yang aneh,ia pun berujar, “ Ndak ade ape-ape bulo ne
“
Setelah itu ia pun kembali ke
tempat ia biasa mandi sambil tertawa cekikikan seperti ada yang menggelikan
hatinya.Namun,apa yang terjadi kemudia ? Nurjanu berteriak histeris hingga
mengundang Bujang Dultalip untuk mendekat.Apa yang di temukan Dultalip sangat
mengagetkan.Nurjanu telah terbujur kaku.Putri sombong itu telah mati.Dultalip
pun lalu membawa mayat Nurjanu ke rumah Dayang Samak dan di kuburkan di sebuah
tempat yang tak jauh dari rumah tersebut.
Begitulah kisah kematian
Nurjanu,karena racun yang di tanam pemuda asal Belantu yang bersamaan dengan
tumbuhnya bamboo aneh di huli Air Magnum.Sejak saat itu tak seorang pun
penduduk kelekak tersebut berani mandi di Air Magnum,sebab akan mati
seketika.Konon,dari kisah inilah racun Belantu jadi terkenal.
Merasa takut akan jatuh korban
berikut semua penduduk Aik Kelekak Nangkak hijrah ke kampong yang saat ini
bernama Prepat,sekitar lima kilometer dari Dudat.Mereka membawa seluruh
barang-barang mereka,termasuk alat musik pengiring untuk becampak.Di tempat
baru itu mereka pun teteap melanjutkan kehidupan mereka dengan mencari
pekarangan untuk di buat pekasam.Mereka juga tak lupa sesekali menghibur diri
dengan menari campak setelah letih bekerja seharian.
Namun,setiap kali penduduk Prepat
becampak dengan menggunakan alat musik dari Dudat,seringkali terlihat seorang
putri cantik di tengah mereka ikut menyaksikan orang becampak.Di duga ia adalah
arwah Nurjanu yang penasaran.
Pada suatu malam Dayang Samak
mendapat mimpi bahwa untuk menenangkan arwah Nurjanu,gong besar pengiring musik
campak harus dikuburkan tak jauh dari kuburan Nurjanu.Akhirnya,setelah
bermufakat dengan tetua kampong,diaraklah gong besar itu dari perpat ke Kelekak
Aik Nangkak untuk di kuburkan dengan makam Nurjanu.
Beberapa tahun setelah gong
tersebut di kuburkan,di atas kedua kuburan tersebut muncul masing-masing
sebatang pohon nobong ( nibung ).Sejak saat itulah kubur dan tempat
gong tadi terkenal dengan sebutan Nibong Belegong,yang
diinterpretasikan pohon nibung yang ada gongnya.
Menurut si empunya cerita hingga
saat ini peralatan musik campak dari Dudat itu masih bisa dimainkan.Namun,kalau
suara gong terdengar sember maka harus di bersihkan dengan air pekasam dari
Dudat,setelah itu gong itu pun akan berbunyi nyaring kembali.Malah suaranya
akan terdengar makin nyaring jika malam semakin larut.
Saat ini di tempat Nibong Belegong
tadi,jika tepalat mate,sering terdengar suara gong lalu disusul mucul putri
Nurjanu sedang menari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar