Hikayat Putri Sri Pingai
Cerita ini ada hubungan nya dengan
kisah Tuk Pancor yang setelah sekian lama bermukim di kelekaknya tak juga
memperoleh seorang anak.Hingga sunyilah rumah nya sepanjang hari.
Suatu hari pada musim selatan,air
laut sedang surut pada pagi hari,Tuk Pancor dan Nek Pancor menghilir ke laut
untuk menangkap ikan.hari itu,dari pagi air sudah bergerak pasang,belum seekor
ikan pun yang berhasil di tangkpa oleh pasangan suami istri.
Satu ketika alat pengakap ikan
mereka berhasil menangkap beberapa ekor ikan dan sepotong bamboo.setelah ikan
di ambil bambu itu pun di buang kembali ke laut.anehnya,ketika mereka kembali
mengangkat pengakap ikan nya,selalu saja bambu itu terikut.hal ini membuat Tuk
Pancor gusar.setelah berulang kali terjadi bamboo tadi ia ambil dan di letak
kan di dalam kapal.ketika air semakin pasang, pasangan suami istri ini pun
memutuskan pulang.
Matahari sudah hampir tenggelam
ketika pasangan suami istri sudah sampai di rumah.Nek Pancor langsung membenahi
hasil tangkapan hari itu.sebagian di siapkan untuk hidangann santap malam.dan
sebagian lagi unttuk di garami ( di keringkan ).sedangkan Tuk Pancor membenahi
alat penangkap ikan.bambu yang mereka bawa pulang tadi di taruh di kaki tangga
di depan pondok.
Ke esokan paginya Tuk Pancor
bermaksud berburu kijang ke hutan.Nek Pancor memasak nasi untuk bekal alat
penangkap kijang –(di sebut lapum) telah di siapkan.setelah hsemua siap,Tuk
Pancor berangkat ke hutan.cuaca pagi itu sangat cerah.
Sepeninggal suaminya berburu Nek
Pancor bersiap-siap untu menjemur padi di halaman depan rumah.padi sebanyak
satu ambin.( 2 kaleng minyak anah ),di hamparkan di atas sehelai tikar.untuk
menjaga agar tikar tidak di terbangkan angina,pada setiap sisinya dipasang kayu
melintang.salah satunya bambu yang di bawa suaminya dari laut kemarin.Nek
Pancor duduk menunggui jemuran padi sambil sesekali masuk ke dalam rumah.
Satu keanehan luar biasa
terjadi.cuaca yang tadi nya cerah dan terang benderang seketika menjadi gelap
gulita,seperti malam hari.awan gelap menggumpal-gumpal seiring dating
gerimis.titik-titik hujan pun secara perlahan berubah menjadi hujan lebat.dalam
lebatnya hujan,tiba-tiba terdengar suara letusan keras.Nek Pancor,yang sedang
sibuk mengangkat jemuran padi,terkejut bukan alang-kepalang mendengar letusan
itu.
Nek Pancor lebih terkejut lagi,
dengan apa yang dia dengar setelah letusan itu.sayup-sayup, di antara deru angina
dan hujan,terdengar suara tangisan bayi.semula Nek Pancor tak percaya dengan
apa yang di dengar nya itu.dalam hati,ia hanya beroikir, “ah ini gak salah
pendengaran saja.”tapi ,begitu ia memusatkan perhatian ke asal suara letusan
dasyat tadi, yakin lah ia bahwa itu bukan salah pendengaran.
Bukan hanya itu ia malah
kaget,kerena bamboo yang ia gunakan untuk menggalang jemuran padi telah
terbelah dua.lebih kaget lagi ia ketika melihat persis di tengah belahan bamboo
tadi terdapat jabang bayi sedang menangis.Nek Pancor pun segera mengambil bayi
itu dan segera membersihkan nya.setelah di bersihkan ,bayi itu ia selimutidan
nini bobok kan hingga bayi itu berhenti menangis dan tertidur.
Seiring dengan itu hujan di luar
pun turun semakin lebat.mbak di curahkan dari langit saja.air mulai menggenang
di mana-mana.jemuran padi yang belum sempat di angkat Nek Pancor mengambang di
halaman.
Di tengah hutan,Tuk Pancor yang
tengah berburu di hutan juga kehujanan.dalam hujan lebat itu ia berhasil
menangkap seeokor kijang besar dan gemuk.hasil tangkapan itu,membuat ia
seeakan-akan tidak merasakan sedikitpun dingin nya hujan.kijang hasil buruan
itu ia panggul di atas pundak dan bergegas pulang kembali menuju pondok.
Sementara hujan pun tak ada
tanda-tanda akan berhenti.Malah terus makin hujan.Tiba pada suatu lemong (
cekukan sungai,red ) yang ari nya telah meluap perjalanan Tuk Pancor
terhenti.Ia tak bisa menyerbang.Titian lemong telah raib terbawa arus air.Dihadapakan
dengan kondisi demikian Tuk Pancor meletakan kijang nya dan memotong batang
kayu jemang yang ukuran nya agak besar.setelah itu batang jemang ia rebahkan
melitang hingga ujung nya hingga ke ujung serbang.sesaat kemudian Tuk Pancor
kembali memanggul kijang nya dan menyebrangi titian dari kayu jemang tadi
dengan langkah bergegas.Hingga sekarang,tempat Tuk Pancor meyerbang tadi di
kenal dengan sebutan LEMONG TITI JEMANG,yang berarti cerukan sungai yang
memilik jembatan dari batang jemang.
Singakat cerita,dalam lebatnya
hujan,setelah bergegas akhirnya Tuk Pancor pun sampai di pinggir ladangnya.dari
jauh dia bisa mulai melihat pondok.kian lama kian dekat.begitu memasuki halaman
pondoknya ia tertegun mendapati hamparan tikar yang penuh padi mengambang.tak urung
cemas dan curiga pun muncul dalam hatinya.apalagi semua pintu dan jendela
tertutup,kecuali jendela kamar.
Dalam kecemasan nya Tuk Pancor
memanggil-manggil istri nya.Tapi,kendati telah berkali-kali memanggil,tak ada
jawaban.Dengan cemas, ia pun segera meletakan hasil buruan nya di tangga
pondok.Sekejap kemudian ia masuk ke dalam pondok dengan parang terhunus di
tangan kanan.Air dari pakaiannya yang basah bercocoran di lantai pondok.Di
carinya Nek Pancor ke dapur.Tak ada,yang ia temukan hanyalah periok nasi yang
sedang terjerang di atas tungku.
Terakhir,ia masuk ke kamar
tidur.Bukan alang kepalang kaget Tuk Pancor ketika menyaksikan apa yang ia
dapati di kamar itu.Nek Pancor sedang asing mengeloni bayi.Melihat kedatangan
sumainya Nek Pancor pun segera memberi isarat gar tidak berisik.Tuk Pancor
meras legah karena tidak terjadi sesuatu,seperti yang ia cemaskan
sebelumnya.Tapi,hatinya dipenuhi tanda Tanya,darimana asal usul bayi tersebut ?
Saat Tuk Pancor sedang berganti
pakaian perlahan-lahan Nek Pancor bangkit sambil berjingkat ia mengamit lengan
suaminya dan mengajak kedapur.Nek Pancor pun kemudian menyeritakan hal ihkwal
sang bayi.Terjawablah teka teki sang bayi bagi Tuk Pancor.
Dengann penuh kegembiraan pasangan
suami istri inipun mengangkat anak si bayi tadi dan memberi nama “ SRI PINGAI
“.Namun, setelah ia tumbuh menjadi anak-anak Tuk Pancor sering memanggilnya
manis.
Seiring dengan itu hujan pun mulai
redah teringan kijang hasil buruan masih terletak di tergeletak di tangga depan
pondoknya.Tuk Pancor bergegas keluar.Tak lama kemudian ia telah membuat api
untuk mencabuti bulu kijang tadi.ketika Nek Pancor mau membantu ia melarang nya
dan menyuruh agar Nek Pancor menjaga Sri Pingai.Semua urusan masak di ambil
alih oleh Tuk Pancor.Setelah kehadiran Sri Pingai kehidupan pasangan suai istri
ini selalu di penuhi kegembiraan.
Belasan tahun berlalu.Sri Pingai
pun menjadi kembang kelekak “ TUK PANCOR”. Tapi belum seorang pun yang berani
dan berhasil menggaet hatinya.
Suatu hari sebuah kapal mendarat
dipinggir sungai sekitar kelekak “ Tuk Pancor”.Pemilik kapal itu kemudian di
kenali bernama TEMANGGUNG SINGARANU.sebagai perjaka tulen,tentulah hatinya
tergerak untuk menentukan pasangan hidup.
Pada suatu sore yang cerah
Temanggung Singaranu berjalan-jalan di kelekak Tuk Pancor untuk besilaturahmi
dengan penduduk kelekak.Sebagai pendatang baru,ia harus segera menyatu dengan
masyarakat setempat.Sedang asik berjalan-asik ia meliaht seorang gadis cantik
dengan rambut hitam tergerai sampai ke punggung,berhidung mancung dengan mata
bersinar.Siapa gerangan dia,Tanya Temanggung dalam hati.
Karena merasa masih baru tinggal di
daerah itu,Teanggung tentu saja masih menjaga diri untuk mendekati gadis cantik
tadi.Namun sepanjang perjalan keliling kelekak ia tak bisa menghilangkan
bayangan Si Gadis.Bahkan diamanapun dan kemanapun ia pergi selalu saja wajah
sang gadis membayang di pelupuk matanya.
Setelah mencari tau kesana
keamari,ia pun tau bahwa si gadis yang telah menggoda nya itu adalah Sri
Pingai,anak Tuk Pancor,Kepala Kelekak yang sangat di segani penduduk
setempat.Dan sekitar awak kapalnya.Dengan sikap berani Singaranu segera
menghadap ke Pancor untuk melamar Sri Pingai.
Namun adat setepat tak bisa begitu
saja menerima lamaran.Karena itulah Tuk Pancor pun belum mengiakan dan merestui
kehendak Singaranu betapa pun ia menyadari bahwa hidup nya tak lama lagi dan
Sri Pingai sudah cukup dewasa untuk berkeluarga.Maka tuk pancro pun meminta
waktu 7 hari untuk memikirkan sebelum menjawab Singaranu
Tuk Pancor berpikiran bagaimana pun
ia harus tau dulu asal muasal Singaranu sebagai calon suami Sri Pingai.Selama
7 hari tersebut,dengan menggunakan pihak lain tuk Pancor mencari keterangan
tentang asal muasal Singaranu,kepada awak kapal atau anak buah kapal Singaranu.
Setelah mengetahui asal muasal
Singaranu dan menilai cocok sebagai suami Sri Pingai,sampai lah waktu untuk
menjawab lamaran Singaranu.Musyawarah keluarga dan saudara Tuk Pancor dan kaum
tua lainya serta kemauann Sri Pingai sendiri bulat untuk meemutuskan menerima
lamaran Singaranu.Berita gembira itu pun di sampikan kepada singarnu yang sudah
tak sabar menunggu.
Setelah mendengar kabar gembira
itu,Singaranu merasa legah.Karena baru kali inilah hatinya baru tergerak untuk
berkeluarga dan ternyata keinginan itu mendapat sambutan baik dari keluarga Sri
Pingai.Maka ia pun berjanji pada dirinya sendiri akan mengurus dan membela
istrinya dengan sebaik-baik nya dan berusaha untuk tidak jauh-jauh dari Sri
Pingai,apalagi setelah ia tau bahwa Sri Pingai adalah anak kesayangan Tuk
Pancor.
Hari yang dii nanti-nanti itu pun
tiba.Tuk Pancor menggelar perhelatann besar selama
7 hari 7 malam yang tiada tanding nya pada waktu itu.Segala bentuk permainan
adapt setempat di gelar.Masyarakat kelekak Tuk Pancor bahkan dari kelekak yang
jauh letak nya berdatangan untuk menghadiri perhelaan tersebut.Pendek
kata,selama sepekan itu, kelekak Tuk Pancor berubah menjadi tak ubah seperti
pasar malam.
Demikian lah,setelah perhelatan
usai,Sri Pingai dan Singaranu menjadi sepasang suami istri dan tetap tinggal di
rumah Tuk Pancor.Singaranu betul-betul tipe suami yang di harapkan Tuk Pancor
dan Nek Pancor.Mengingat keduanya sudah tua, dan sudah mulai sakit-sakitan
tanggung jawab rumah tangga itupun di ambil alih pasangan muda itu.
Namun ajal tetap ada di tangan
kuasa.Suatu hari Nek Pancor menderita sakit keras.Tak lama kemudian ajal dating
menjempunya.
Kematian Nek Pancor ini membuat Sri
Pingai sedih bukan alang kepalang.Belum habis masa berkabung Sri Pingai,Tuk
Pancor menyusul kepergian Nek Pancor.Tuk pancor di makam kan di kelekak,itu
juga,berdampingan dengan makam isitri nya.( kini,makam keduanya bisa di temukan
di bekas kelekak Tuk Pancor,tak jauh sekitar 8 km dari kembiri menuju arah air
kundor membalong.Red )
Di tinggal kedua orang tua nya
secara beriringan,tak pelak membuat keluarga muda yang masih mengharap
bimbingan keduanya. Ini terpukul.Terlebih-lebih Sri Pingai.Setiap pergi mandi
ke sungai tempat biasa ia sering di mandikan masihh kecil oleh mendiang Nek
Pancor,setiap kali pula ia menangis.Menyadari kejadian itu,Singaranu tak mau
berdiam diri.kalau di biarkan berlarut-larut bisa-bisa Sri Pingai menjadi gila.Singaranu
pun berdiskusi dengan anak buah nya di kapal.Seorang anak buah Singaranu pun
berujar,”Juragan,ku kira lebih baik kita membawa Sri Pingai ke tanah
sebrang,ketenah kelahiran juaragan.apalagi selama ini juaragan belum pernah
mengatakan keberadaan juragan.karena itu,inilah saat nya sekaligus untuk
merubah sikap Sri Pingai.barangkali ia perlu suasana baru untuk menerima
kematian orang tuanya”.
Mendengar saran simpatik tersebut
Singaranu memutuskan untuk kembali ke negri asal nya memperkenal kan sang istri
kepada keluarga nya,sekaligus menghibur istrinya yang terus berduka.Di siapkan
lah segala macam bekal yang akan di bawa selama perjalanan,Bagian di dalam
kapal juga di ubah,dengan memberi keperluan khusus untuk keperluan Sri Pingai
dan Singaranu untuk beristirahat.
Tepat pada ssat keberangkatan kapal
Singaranu,Semua kelekak Tuk Pancor pergi mengantar.mereka sangat terkesan
dengan kehadiran Singarnu selama ini.Ia selalu memberikan bantuan pemecahan
masalah yang di hadapai penduduk kelekak.Bahkan tak segan- segan mengerahkan
anak buah kapal nya jika terjadi gangguan keamanan dari luar,seperti bajak
laut/lanun.Itulah sebenarnya mengapa peenduduk kelekak Tuk Pancor rela
meninggalkan ume barang sesaat. Untuk melepas kepergian Sri Pingai dan Singarnu
menuju negrii sebrang.Bahkan,sebagian ada yang mengantar hingga ke muara sungia
kembiri.
Begitu kapal Singarnu melepas
jangkar tak urung isak tangis penduduk kelekak Tuk Pancor menggema di iringi
lambaian.Seiring gerimis,perlahan kapal Singaranu bergerak meninggal kan
kelekak Tuk Pancor menyusuri sungai kembiri menuju ke muara.Sebelumm akhirnya
menuju laut lepas.
Rupanya alam pun ikut larut
melepaskan kepergian Sri Pingai. setelah kapal Singaranu lepas dari muara
sungai kembiiri dan berada di laut lepas turun hujan deras.seperti di curahkan
dari langit.Persis seperti kondisi saat bamboo tempat asal Sri Pingai
meledak.Seiring dengan itu gelombang laut pun mulai meninggi dan mengganas.
Dari pinggir sungai
kembiri,sebagian penduduk yang mengantar kepergian Sri Pingai sampai
muara,samar-samar menyaksikan kapal Singaranu terombang-ambing di permainkan
gelombang laut yang kian mengganas dalam hantaman badai kapal itu pecah
terbelah dua.Semua penumpang nya tak ada yang selamat termasuk pasangan Sri
pingai dan Singaranu.Sejak kejadian itu penduduk kelekak Pancor pun hanya saja
bisa mengingat-ingat Sri pingai.
Konon sejak kejadian itu hingga
berapa tahun silam masyarakat sekitar kerap menemukan seekor buaya berbintik
kuning di punggung dan dadanya di iringi seekor buaya gemuk dan pendek hilir
mudik di sungai kembiri.Kedua buaya itu sering berhenti di tempat Sri Pingai
semasa masih hidup di mandikan Nek Pancor serta berenang bersama teman
sepermainan.Memperhatikan tingkah lakunya,masyarakat setempat beranggapan bahwa
kedua buaya tersebut adalah jelmaan Sri Pingai dan Singaranu yang masih
menghuni sungai kembiri.
maaf apakah sebagian besar cerita rakyat belitong ini diambil dari buku "cerite kampong" oleh buleSAHIB??? terima kasih.
BalasHapus