Hikayat Tuk Layang
Di sebuah kelekak sekitar Buding,saat
penduduk Belitung
masih tinggal di pedalaman guna menghindari gangguan lanun,tinggal satu
keluarga dengan satu anak yang hidup sangat bersahaja.Keluarga itu di kepalahi
seorang suami yang di kenali masyarakat dengan panggilan Tuk Layang.
Tuk laying adalah seorang yang
memilik ilmu tinggi,baik di darat maupun di laut.Tak heran penduduk setempat
merasa tentram,karena Tuk Layang bisa menjadi tempat berlindung dari gangguan
para lanun yang saat itu suka menyerang perkampungan penduduk.Sementara ketika
dilaut,para lanun selalu akan menjauh jika melihat Tuk Layang sedang mendayung
sendiri perahunya.
Sehari-hari,Tuk Layang tak pernah
lepas dari Tembako Sugi ( mengunyah tembakau lalu menyelipkan nya di
sudut bibir yang menjadi salah satu kebiasaan penduduk Belitung
masa lalu dan masih ada di masa sekarang,red ).Salah satu
kehebatan Tuk Layang adalha memiliki tenaga yang tak terduga kuat nya serta
ilmu gerak cepat.Tuk Layang juga menyukai makanan burung-burung hasil buruan
yang banyak terdapat di hutan sekitar tempat tinggal nya.
Untuk memenuhi makanan kesukaan nya
itu,suatu pagi Tuk Layang pergi berburu ke hutan di sekitar Sungai Buding.Dalam
perjalanan,tiba-tibadari arah hulu sungai,Tuk Layang mendengar riuh rendah.Dari
suaranya,Tuk Layang yakin bahwa,Burung Bayan itu jumlahnya mencapai ratusan.
Mendengar suara itu bergegas Tuk
Layang mendatangi arah asal suara.Ternyata dugaan Tuk Layang benar.Begitu
sampai di sebuah pohon medang yang rindang,nampak ratusan burung bayan yang
sedang asik makan buah pohon tersebut.melihat burung yang begitu banyak,Tuk
Layang sudah bersiap untuk memanjat pohon tersebut.Tapi,setelah
diamatinya,pohon tersebut sulit untuk di panjat.Karena masih pagi,pohon
basah,hingga kalau di panjat kemungkinan akan jatuh.
Tak mau ambil resiko,Tuk Layang
lalu duduk di bawah pohon tersebut.Mencari akal bagaimana caranya agar bisa
mendapatkan semua burung di pohon medang itu tanpa perlu memanjatnya.Setalah
agak lama berpikir,Tuk Layang nampak berdiri dan berjalan menuju pinggir
sungai.Sekejab kemudian ia nampak membawa batu berukuran kepala manusia dewasa
yang di ambil dari sungai tersebut.Begitu sampai di bawah pohon tadi,dengan
sekuat tenaga,Tuk Layang melemparkan batu kali tadi ke bagian tengah pohon
medang,dimana burung-burung bayan sedang asik makan buahnya.
Saking kuatnya Tuk Layang
melempar,begitu batu kali mengenai sasaran,pohon tersebut terguncang sangat
keras.Sekejap kemudian,satu per satu burung bayan di pohon tersebut berjatuhan
ke tanah,hingga jumlah nya mencapai ratusan ekor.Pendek kata,hari itu,dengan
sekali lempar Tuk Layang berhasil mendapatkan ratusan burung bayan kesukaan
nya.
Konon,menurut ceita penduduk
setempat,batu kali yang di gunakan Tuk Layang untuk melempar burung tersangkut
di salah satu dahan pohon di sebelahnya,dan belum jatuh hingga saat ini.Batu
itulah,kemudian di kenali sebagai Batu Bayan dan ada juga yang menyebutnya Batu
Tuk Layang.
Nah,karena banyak nya burung bayan
yang jatuh,Tuk Layang harus berulang kali mengangkutnya ke rumah.Oleh Nek
Layang ( Istri Tuk laying ,red ) burung-burung tadi di
pisahkan menjadi dua bagian.Sebagian untuk lauk-pauk makan hari itu,dan
sebagian lagi di awetkan ( diasinkan ) untuk cadangan makanan di hari-hari
mendatang.
Cuma,untuk menggarami burung
sebanyak itu,persedian garam Nek Layang ternyata tak cukup.Garam yang ada di
rumah hanya cukup untuk memasak hari itu saja,sementara untuk menggarami yang
lainya tak ada lagi.
Tahu Nek Layang kehabisan garam,Tuk
Layang pun berkata pada istrinya,” Mun kitu se,kau tunggu la suat de
ruma.Kau buatek la duluk burong-burong idang degaramek tek.Biar aku pegi ke jawe
duluk meli garam sekalian kan meli tembako sugi.”
Belum sempat Nek Layang
menjawab,Tuk Layang telah berada di atas perahu di pinggir Sungai
Buding.Lalu,hanya dengan tiga kayuhan,Tuk Layang pun sampai ke jawa.Setelah
membeli garam dan tembako sugi untuk persedian sebulan,Tuk Layang pun
segera kembali ke Belitung.Juga dengan menggunakan kekuatan penuh,karena
khawatir Nek Layang sudah selesai membersihkan burung bayan yang akan di
garami.
Namun,baru satu kayuhan,Tuk Layang
melihat beberapa titik hitam di depan nya.Karena itu Tuk Layang pun segera
melambatkan laju perahunya.Rupanya titik-titik hitam tadi adalah gerombolan
para lanun yang sudah siap mencegatnya,karena tahu Tuk Layang baru saja membeli
garam dan jumlahnya banyak.Mengetahui para lanun mau mencegatnya,Tuk Layang
segera menghentikan perahu,hingga nampak seperti sedang mengalami kerusakan.
Sementara perahunya melambat Tuk
Layang mengunyah tembako sugi.Siasat Tuk Layang rupanya berhasil
mengecoh para lanun,menyangka perahu Tuk Layang rusak mereka segera
mendekat.Namun,apa yang terjadi kemudian ?
Begitu perahu para lanun sudah
mencapai jarak sepenyemburan sugi,tanpa di duga Tuk Layang menyemburkan sugi
dari mulutnya ke arah perahu para lanun.Tak ayal,akibat semburan sugi yang
begitu kuat,perahu para lanun itu pun pecah,sementara awak nya tenggelam di
laut.Sementara perahu-perahu yang masih Selamat dari semburan sugi Tuk Layang
segera kabur,segera menjauh.
Singkat cerita,setelah para lanun
pergi,Tuk Layang pun segera kembali ke Sungai Buding.Dengan dua kayuhan dia
sudah sampai di pinggir Sungai Buding.Cuma,begitu sampai di rumah betapa
kagetnya Tuk Layang.Nek Layang rupanya belum juga selesai membersihkan
burung-burung yang akan di garami.Padahal,waktu itu,matahari sudah condong ke
barat.Akhirnya,Tuk Layang jugalah yang harus menyelesaikan perkerjaan tersebut.
Tempat terjadinya peristiwa ini,Tuk
Layang Melempar burung bayan,hingga kini,masih bisa di lihat di sekitar Sungai
Buding,,sekitar kilometer 44 dari Kota Tanjungpandan menuju Manggar.
Lokasi persisinya terletak di
sebelah kiri jalan,agak kedalam sejajar dengan aliran Sungai Buding menuju
muara.
Tentang cerita kepergian Tuk Layang
ke jawa,walau mengakui versi pertamanya,membeli garam dan tembako sugi,sebagian
masyarakat punya versi lain.Memelesetkan nya menjadi semacam joke agak
porono,menyegarkan
Konon,saking banyak nya burung
bayan yang di bawa pulang ke rumah,Tuk Layang ikut membantu Nek Layang
menyianginya.Tuk Layang menyianginya burung tersebut duduk sambil memangku
anaknya.Sementara nek Layang menyiangi burung tersebut persis di depan Tuk
Layang sambil berjongkok.
Karena asik menyiangi burung bayan
yang begitu banyak,Nek Layang jadi Kurang Senange’an,hingga tak sadar
dirinya tebengang ( kain/rok tersingkap hingga perkakas yang
terlindung di baliknya bisa di lihat orang lain,( orang Belitung mestinya tahu
isitilah ini,red ) Nah,tidak tahan melihat Nek Layang tebengang,rupanya
perkakas Tuk Layang bereaksi keras.Saking kuatnya reaksi perkakas Tuk
Layang,anak di pangkuan nya terpelanting hingga ke jawa.
Karena itulah,menurut sebagian
penduduk,kepergian Tuk Layang ke jawa sebenarnya bukan untuk membeli garam dan
temabako sugi,tapi untuk menjemput anaknya yang terpelanting karena lentingan
perkakas Tuk Layang yang tidak tahan melihat Nek Layang Tebengang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar