Telage Muyang Manis
Di bagian Tenggara Kecamatan
Membalong terdapatlah sebuah teluk agak besar,yakni Teluk Balok.Ke dalam teluk
ini bermuara sebuah sungai yang terbilang besar dan panjang menurut ukuran
penduduk setempat,yang di kenali sebagai Sungai Kembiri.
Konon,pada suatu ketika,sebelum
Agama Islam masuk ke Belitung,disisi sungai ini berlabuh sebuah perahu.
Sebelumnya perahhu tersebut telah
beberapa hari memudiki sungai sampai jauh ke hulu hingga tiba pada sebuah lemong
( lekukan sungai yang airnya lebih dalam,red ),tempat
Sungai Kemibiri ini terbelah dua.Aliran dari sebelah kiri agak dalam airnya
daripada air sebelah kanan. Ke arah kiri inilah perahu tersebut melaju.
Setelah berhari-hari memudiki
sungai ini,perahu ini akhirnya tiba di satu tempat yang mereka anggap baik
sebagai tempat pemukiman.Setelah mendarat,awak perahuh segera mempersiapkan
diri membuat tempat untuk bermukim.Mereka menebang hutan dan membuka ladang.
Dalam berladang pendatang baru ini
sangat tekun,hingga tidak heran jika usaha mereka sangat berhasil.Tanaman yang
di tanam pun tumbuh subur.Keberhasilan ini mendorong penduduk yang lebih dulu
dating dan tinggal tak jauh dari pemukiman baru tersebut untuk mendekatkan
diri,hingga kemudian berkembang menjadi persahabatan.
Pendatang baru ini di pimpin
seorang yang bernama
Tuk Pancor.Dan istrinya di panggil Nek Pancor.Kagum dengan keberhasilan anak
buak buah Tuk Pancor dalam berladang,penduduk yang bermukim di sekitarnya mulai
berpindah mendekati Kelekak Tuk Pancor.Daerah itu akhirnya berkembang pesat dan
kemudian dikenal dengan Kelekak Tuk Pancor.Dan dari sinilah riwayat ini di
mulai.
Satu ketika ‘ barat hijau
‘ ( satu musim kemarau sangat panjang yang dating lebih cepat dari kemarau
umumnya.) menyerang Belitung,termasuk kelekak Tuk Pancor.Akibat air sungai dan
sumur-sumur sumber air minum penduduk lebih cepat kering,membuat penghuni
kelekak Tuk Pancor kesulitan air.Satu-satu nya sumber air yang masih tersisa
terletak di antara dua buah bukit,puluhan kilometer jauhnya dari kelekak Tuk
Pancor.Namanya Selangan Libot.Selangan dalam bahasa setempat
berarti di antara dan Libot berarti bukit.Secarah harfiah Selangat Libot
berarti di antara dua bukit.
Sepanjang musim barat hijau,setiap
hari Tuk Pancor dan penduduk setempat berjalan kaki ke Selangan Libot
untuk mengambil air.Dari pagi-pagi buta hingga gelap malam mereka bergantian ke
sumber air tersebut.
Satu hari,di tengah terik sengatan
matahari,anak Tuk Pancor,bernama Manis,sedang asik bermain di sekitar rumah.Setelah
lama bermain,Manis kehausan.Ia kembali ke rumah,untuk minum.Namun semua tempat
air sudah kosong melompong.Tak menemukan air di rumahnya,Manis pun mencari air
ke rumah tetangga.Namun,mereka tak ada di rumah.Semuanya sedang mengambil air
di selangan libot.Tak dapat air minum,Manis meraung-raung pulang
kerumahnya.
Melihat Manis menangis
meraung-raung, Tuk Pancor bergegas menemuinya dan berusaha menyabarkan agar
berhenti menangis sambil menjanjikan akan mencarikan nya air minum.Meski telah
di bujuk,bukan berhenti,tangisan Manis malah makin menjadi-jadi.bahkan,lebih
keras dari sebelumnya. Tuk Pancor pun panik.Dalam kepanikan itulah Tuk Pancor
segera mengambil tempat air dan langsung bergegas menuju selangan libot
untuk mengambil air minum.
Sementara Manis terus saja
menangis.Sambil menagis di kaki tangga rumah,ia menghentak-hentakan kakinya ke
tanah.Lama kelamaan tanah tempat ia menghentakan kaki semakin dalam dan
lebar.Saat rasa hausnya memuncak,sambil menunduk ke tanah tempat ia
menghentak-hentakan kakinya,Manis pun meratap,” Kaluk aku agik kan diberik
hidup,keluarkan aik dari tempat ini”
Aneh bin ajaib,atas kehendak yang
Kuasa,saat itu juga keluar air yang jernih dari tempat tersebut.Manis pun
bersorak kegirangan.Sekejap kemudian ia pun meminum air tersebut sepuas-puasnya
hingga hilang rasa hausnya.
Tak lan berselang,dengan
terengah-engah, Tuk Pancor kembali dari selangan libot.Kuduan tangan
nya menjinjing gerebog ( tempat air,red ) penuh
berisi air.Namun,apa yang ia lihat? Terheran-heran Tuk Pancor menemukan Manis
kelihatan segar bugar dan sedang bermain dengan gembiranya,justru dengan
air.Padahal,ketika ia di tinggalkan,Manis sedang menangis meraung-raung.
Mendapati kondisi Manis yang segar
bugar, Tuk Pancor segera menanyakan bagaimana ceritanya hingga ia memperoleh
air. Tuk Pancor juga berusaha melarang Manis terus bermain dengan air
tersebut,mengingat air begitu sulitnya di dapat saat itu.Manis pun menceritakan
ihwal datangnya air tersebut.Sejak itu penduduk setempat tak pernah lagi
mengalami kesulitan air untuk keperluan sehari-hari.
Sumur atau telaga,dengan garis
tengah sekitar 1 meter sedalam 60 centimeter ini,hingga sekarang masih ada dan
di kenal masyarakat setempat dengan nama Telage Muyang Manis.
Biasanya pada upacara Nirok Nanggok,upacara
adat pengambilan ikan di musim kemarau,dari sinilah air pertama untuk semua
peserta upacara diambil.Upacara pengambilan air itu di pimpin seorang dukun aik
( dukun air,red ) dan di mulai dengan memasang sesajen
biasanya terdiri dari kembang setaman dan kemenyan di emapat sisi sumur.Setelah
dibacakan mentera secara perlahan,dari tempat sisi sumur,yang semula kering
kerontang,keluar air hingga terisi penuh.Dalam upacara Nirok Nanggok,dari
sumur inilah semua perserta upacara mendapatkan air minum.
Sumur ini pun bisa terbilang penuh
mistis.Sebab syarat mutlak peserta upacara ini harus beragama islam.Pernah,satu
kejadian,sekitar awal 1970-an,tanpa di ketahui sebelumnya,ada seorang Cina ikut
dalam upacara tersebut.Kedatangan nya untuk bermain judi ke lokasi
tersebut.Dengan sekejap air Telage Muyang Manis kering.Setelah di ketahui ada
seorang Cina di lokasi tersebut,kepala adapt segera mengusirnya.Sekejap
kemudian sumur itu pun berair kembali.
Situs Telage Muyang Manis
ini,hingga sekarang masih ada dan di anggap sakaral oleh masyarakat
setempat,dan selalu menjadi lokasi Upacara Nirok Nanggok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar